REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Harga minyak sedikit menurun di tengah aksi ambil untung (profit-taking) di perdagangan Asia Kamis (4/7). Penurunan harga minyak juga didukung oleh kekhawatiran seputar gejolak di Mesir setelah tentara menggulingkan dan menahan Presiden Mohamed Mursi.
Investor mengamati dengan seksama apakah kisruh politik terbaru di Mesir akan meningkat dan mempengaruhi stabilitas di wilayah Timur Tengah yang kaya minyak dan ketidakstabilan secara politik di wilayah itu. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, turun delapan sen menjadi 101,16 dolar AS per barel di perdagangan pagi hari setelah berakhir Rabu (3/7) di tingkat tertinggi sejak Mei tahun lalu.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus turun 37 sen ke posisi 105,39 dolar AS. "Keuntungan dari hari-hari sebelumnya telah berkurang karena pasar minyak mentah tampaknya memiliki harga dalam transfer kekuasaan dari pemerintahan sipil ke pemerintahan transisi di Mesir," kata David Lennox, analis sumber daya pada Fat Prophets di Sydney kepada AFP.
"Apakah pasar akan terus mengamati dengan seksama untuk saat ini adalah reaksi dari yang sebelumnya di pemerintahan, dan apakah itu akan memperburuk situasi," tambah Lennox.
Tentara Mesir pada Rabu (3/7) waktu setempat menggulingkan Presiden Mursi setelah pertumpahan darah selama seminggu yang menewaskan hampir 50 orang karena jutaan turun ke jalan untuk menuntut turunnya Mursi. Dalam pidato televisi, panglima militer Jenderal Abdel Fattah al-Sisi - yang merupakan menteri pertahanan dalam pemerintahan Morsi - mengatakan negara Islam yang disusun konstitusi telah ditangguhkan, dan secara resmi mengumumkan peta jalan bagi masa depan Mesir sekaligus melengserkan Presiden Mursi dan menetapkan Ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour sebagai presiden sementara.
Sisi juga mengumumkan pemilihan presiden lebih awal, tapi tidak menentukan kapan akan diadakan. Sementara itu Mesir, yang bukan eksportir utama minyak mentah, adalah rumah bagi chokepoints minyak utama karena terdapat Terusan Suez dan jaringan pipa Sumed.
Lennox mengatakan harga tidak akan meningkat secara signifikan dari tingkat saat ini kecuali kerusuhan politik menyebar ke negara-negara lain di wilayah ini. "Risiko yang nyata sejauh ini yang dikhawatirkan pasar sekarang adalah jika kita melihat militer intervensi di negara-negara Timur Tengah lainnya," kata Lennox.