REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku pihaknya terus meyakinkan kepada calon emiten bahwa industri pasar modal domestik masih memiliki pertumbuhan sehingga minat untuk penawaran umum perdana saham (IPO) masih marak.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen di Jakarta, Rabu (3/7), mengatakan pihaknya tidak dapat mengintervensi perusahaan terhadap aksi korporasinya. Pihaknya hanya dapat memberikan gambaran kondisi pasar modal domestik maupun global. Sejauh ini, lanjut dia, sepanjang 2013 ini indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI masih memiliki pertumbuhan sekitar 9,54 persen.
"Mungkin ada kekhawatiran dari perusahaan yang menunda. Yang bisa dilakukan Bursa adalah meyakinkan perusahaan bahwa pasar modal domestik masih memiliki peluang tumbuh positif," ucapnya.
Hoesen meyakini minat IPO masih cukup tinggi di dalam negeri. Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan perusahaan yang telah mendapatkan pernyataan efektif untuk pelaksanaan IPO, yakni PT Multipolar Technology Tbk, PT Victoria Investama Tbk. Selain itu, PT Bank Maspion Indonesia Tbk, PT Cipaganti Citra Graha Tbk, PT Bank Mestika Dharma Tbk, dan PT Bank Mitra Niaga Tbk.
Hoesen menyayangkan kepada perusahaan yang menunda pelaksanaan IPO pada tahun ini di tengah maraknya perusahaan melakukan ekspansi. "Sayang kalau pelaksanaan IPO ditunda karena biaya sudah keluar. Namun, pada akhirnya semua terserah perusahaannya," ujarnya.
Secara terpisah, Direktur PT Kresna Graha Securindo Tbk (KREN) Octavianus Budiyanto mengatakan pergerakan pasar saham saat ini memang berfluktuasi seiring maraknya sentimen negatif eksternal. Namun, lanjut dia, investor patut mencermati kondisi fundamental emiten di Indonesia yang sebenarnya masih cukup baik dan memiliki ruang pertumbuhan yang masih terbuka. "Di tahun ini pasar saham memang fluktuatif, itu satu hal yang tidak bisa dihindari," kata dia.