Rabu 03 Jul 2013 15:24 WIB

Klaim Penyakit Kritis Allianz Capai Rp 483 M

Rep: Friska Yolandha/ Red: Mansyur Faqih
Asuransi Allianz Life (ilustrasi)
Foto: asuransiallianz.com
Asuransi Allianz Life (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Allianz Life Indonesia mencatat nilai klaim penyakit kritis sepanjang 2012 mencapai Rp 483 miliar. Nilai ini setara dengan 348 kasus penyakit kritis. Kanker merupakan penyakit kritis yang paling banyak diklaim, yaitu sebesar 35,4 persen. Selain itu stroke juga menjadi penyakit kritis dengan klaim terbesar, yaitu 17,8 persen dan jantung 13,8 persen.

Tingginya klaim penyakit kritis mendorong perusahaan yang berbasis di Jerman tersebut meluncurkan produk Allianz Smartlink CI 100. Produk ini melindungi nasabah dari risiko 100 penyakit kritis sejak dini.

Chief Agency Officer Allianz Life Ginawati Djuandi mengungkapkan, produk ini merupakan tambahan proteksi bagi pemegang polis yang ingin mendapatkan perlindungan sejak dini dari penyakit kritis. "Kanker, serangan jantung, dan stroke merupakan tiga penyakit yang paling banyak diderita tidak hanya masyarakat di Indonesia tapi juga dunia," ujarnya di Jakarta, Rabu (3/7).

Allianz menawarkan perlindungan dari penyakit kritis mulai dari kondisi awal hingga akhir. Perseroan membidik masyarakat kelas menengah yang berada di rentang usia 30-50 tahun. Namun perlindungan ini sudah dapat dimiliki oleh anak usia lima tahun hingga dewasa usia 70 tahun.

Polis akan ditawarkan kepada nasabah sebagai tambahan proteksi. Untuk sementara, Gina mengatakan, perlindungan tambahan ini akan ditawarkan melalui jalur distribusi agen. Perlindungan ini membidik pemegang polis baru. Meski pun nasabah yang telah memiliki polis sebelumnya juga berkesempatan untuk mendapatkan tambahan perlindungan ini. Syaratnya nasabah belum melakukan klaim penyakit kritis.

Direktur Allianz Life Todd Swihart mengungkapkan, klaim penyakit kritis di Allianz cukup tinggi, yaitu sebesar 38,5 persen. "Dengan perlindungan sejak stadium awal, penyakit kritis dapat ditangani lebih awal untuk mendapatkan pengobatan yang lebih cepat," ujar Todd.

Pengobatan penyakit kritis tidak berbiaya murah. Proteksi sejak dini diharapkan memudahkan nasabah untuk menangani finansial dalam membiayai pengobatan penyakit, bahkan pencegahan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement