REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meyakini program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas (BBG) yang dialokasikan APBN bakal rampung paling lambat Desember 2013. "Penyerahan Desember ini," kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro di Jakarta, Rabu (3/7).
Dana konversi BBG yang dialokasikan APBN 2013 ke Kementerian ESDM mencapai sekitar Rp 800 miliar. Anggaran tersebut diperuntukkan bagi pembangunan pipa sepanjang 22,2 km senilai Rp 474 miliar dan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) Rp 327 miliar.
SPBG yang dibangun terdiri atas tujuh di Jakarta dan sekitarnya senilai Rp 127 miliar, serta empat di Kalimantan senilai Rp 200 miliar yang terdiri atas dua di Samarinda dan dua di Balikpapan.
Pembangunan SPBG di Kalimantan dengan pertimbangan sumber gas dan pasar kendaraan industri. Di luar APBN, PT Pertamina (Persero) dan PT PGN Tbk juga mempunyai program konversi BBG sendiri.
Direktur Gas Pertamina Hari Karyuliarto mengatakan, pihaknya masih melelang proyek infrastuktur BBG yang pendanaannya bersumber dari APBN. "Proses lelang ditargetkan Agustus ini selesai, sehingga bisa dilanjutkan konstruksi," katanya.
Untuk pembangunan infrastruktur BBG yang dibiayai sendiri, lanjut Hari, juga masih dalam proses. Pertamina akan membangun sendiri dua unit SPBG melalui pipa dan lima lainnya digabung dengan SPBU pada 2013.
Sesuai Perpres No 64 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan, pemerintah menugaskan Pertamina menyediakan dan mendistribusikan bahan bakar gas jenis CNG. Penugasan dengan dana bersumber dari APBN berlangsung selama dua tahun yakni 2012-2013. Pemerintah mempertimbangkan perpanjangan penugasan tersebut. Alokasi gas bumi untuk BBG sudah disediakan 35,5 MMSCFD.
Kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan meningkatkan konsumsi BBG. Harga BBG hanya Rp 3.100 per liter setara premium atau jauh lebih murah dibandingkan premium yang Rp 6.500 per liter.