REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai kondisi pasar saham global yang sedang dalam tren pelemahan tidak berdampak pada minat perusahaan untuk mencatatkan sahamnya.
"Minat perusahaan untuk melepas saham ke publik masih tinggi, salah satunya saat ini PT Dharma Satya Nusantara (DSNG) yang resmi mencatatkan sahamnya di Bursa hari ini (14/6)," ujar Direktur Utama BEI, Ito Warsito di sela pencatatan saham DSNG di Jakarta, Jumat (14/6).
Ia menambahkan beberapa perusahaan lainnya juga sedang dalam tahap proses untuk melaksanakan penawaran umum saham perdana (IPO). Ia meyakini ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh meski dibayangi sentimen negatif eksternal yang masih cukup kuat salah satunya rencana The Fed yang akan mengurangi stimulus ekonominya. "Pasar keuangan dalam negeri harus terus waspada terhadap pengaruh eksternal," katanya.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur DSNG, Djojo Boentoro mengharapkan setelah perusahaan mencatatkan saham di Bursa Efek Indoesia, kinerja dapat menjadi lebih baik. "Pencatatan saham perusahaan menjadi tantangan baru untuk kami. Kami akan bekerja lebih keras gua meningkatkan dan menghasilkan kinerja lebih baik, sehingga akan menjadikan investor memandang positif terhadap perseroan," katanya.
Perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit serta produksinya, dan pengolahan kayu itu mengemukakan, dana hasil IPO sebesar Rp 508,75 miliar akan digunakan untuk peningkatan modal kepada entitas anak yang telah memiliki ijin lokasi terkait dengan kegiatan penanaman baru sebesar 50 persen.
Lalu, lanjut Djojo, dana IPO itu juga akan digunakan untuk melakukan konstruksi dua pabrik baru di Muara Wahau, Kutai Timur, kalimantan Timur yang masing-masing memiliki kapasitas 60 ton per jam, dengan masa konstruksi hingga 2015. "Tujuan penanaman baru dan pembangunan pabrik baru ditujukan untuk meningkatkan produksi CPO serta menjaga kinerja pabrik yang telah dimiliki," ujarnya.
Sementara pada perdagangan saham perdana PT Dharma Satya Nusantara Tbk tercatat dibuka menguat 2,16 persen menjadi Rp 1.890 dari harga saham perdananya sebesar Rp 1.850 per saham.