REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun pasar modal Indonesia tengah mengalami fluktuasi yang ditandai dengan penurunan tajam indeks harga saham gabungan (IHSG), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis pasar modal Indonesia masih bertumbuh secara positif. Pasar modal Indonesia masih menjadi salah satu tempat bagi perusahaan untuk memperoleh dana segar.
PT Panorama Sentrawisata Tbk misalnya, masih mempercayai pasar modal sebagai wahana untuk mendapatkan dana melalui penerbitan surat utang. Perseroan menerbitkan obligasi berkelanjutan I tahun 2013 senilai Rp 500 miliar. Tahap pertama perseroan akan menerbitkan obligasi senilai Rp 350 miliar.
Dalam prospektus yang dirilis, Kamis (13/6), perseroan berkode emiten PANR ini menawarkan kupon bunga obligasi di kisaran 9,5-10,5 persen. Obligasi diterbitkan dengan tenor lima tahun.
PANR merupakan satu dari 18 emiten yang telah mendapatkan pernyataan efektif dari OJK. "Sedangkan per 11 Juni masih ada 19 emiten lagi yang sedang menunggu pernyataan efektif dari OJK dengan perkiraan nilai Rp 21,6 triliun," ujar Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Pasar Modal Nurhaida, Rabu (12/6).
Per akhir Mei 2013 sudah ada enam emiten yang mendapatkan pernyataan efektif OJK untuk initial public offering (IPO). Sedangkan masih ada 15 calon emiten yang tengah menunggu pernyataan efektif untuk melakukan penawaran umum saham perdana. Untuk right issue ada delapan yang telah mendapatkan pernyataan efektif dan ada 8 lagi di pipeline yang akan memperoleh izin.
Nurhaida menyebutkan selama satu pekan terakhir pasar modal Indonesia terus mengalami tekanan. Namun demikian untuk melihat perkembangan pasar, investor tidak bisa hanya melihat dalam jangka pendek. Sejak 2009 hingga 11 Juni 2013 IHSG telah tumbuh dari 2.534,36 menjadi 4.609,95.
"Hal ini menunjukkan IHSG masih mengalami pertumbuhan positif meskipun sempat mencapai level di atas 5.200," ujar Nurhaida.
Rata-rata transaksi harian pun sejak 2009 terus meningkat, yaitu dari Rp 4,06 triliun menjadi Rp 6,83 triliun. Hal serupa juga terjadi di kapitalisasi pasar yang meningkat dari Rp 2.019 triliun menjadi Rp 4.522 triliun.
Terlepas dari tekanan pasar saham beberapa waktu belakang, Nurhaida mengungkapkan OJK perlu menjaga tren pertumbuhan 5 tahun tersebut. "Ke depan kita perlu meningkatkan dan mempertahankan hal tersebut," kata Nurhaida.
Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pendalaman pasar, pengembangan basis investor, pengembangan infrastruktur, dan produk. OJK tekah memiliki serangkaian langkah untuk pengembangan empat hal di atas dan membuat kerja sama dengan pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan ragam pasar modal Indonesia.