Rabu 12 Jun 2013 14:49 WIB

Banyak Proyek Geothermal Macet, Wapres Buka Suara

Energi panas bumi. Ilustrasi.
Foto: greenfieldenergyco.com
Energi panas bumi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Boediono mengatakan setidaknya ada 12 proyek geothermal atau panas bumi yang macet karena sejumlah hambatan masih terjadi, namun demikian pemerintah terus berupaya untuk mengatasi kendala agar bisa berjalan baik.

"Upaya untuk menghilangkan 'bottleneck' ini harus terus dilaksanakan untuk mengembangkan potensi melimpah yang kita miliki," kata Wapres Boediono saat membuka 'Indonesia International Geothermal Convention dan Exhibition 2013' di Jakarta Rabu (12/6).

Dikatakan Boediono, dari catatan yang dimilikinya terdapat 58 area potensi panas bumi yang sedang berjalan. Sembilan sudah dikembangkan, 37 belum terdapat kemajuan signifikan. Salah satu yang berhasil diatasi, kata Wapres, adalah hambatan pada pembangunan energi panas bumi Sarulla di Tapanuli, Sumatra Utara yang berhasil diselesaikan setelah 20 tahun terbengkalai.

Upaya penyelesaian berbagai masalah tersebut ditempuh oleh peran Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan para menteri serta pemerintah daerah. "Harapan saya agar Sarulla tidak lagi berhenti lagi di tengah jalan tapi menggelinding terus. Sayang kalau ada yang macet, kita memerlukan waktu lama untuk mengurai masalahnnya satu persatu," kata Wapres.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan, tingginya jumlah gunung berapi di Indonesia justru menjadi berkah mengingat potensi geothermal yang dikandung mencapai hingga 40 persen potensi geothermal dunia. "Yang dikembangkan baru 4 persen. Jangan sampai akhir dari pemerintahan ini angka itu tidak berubah," katanya.

Ia menunjuk berbagai hambatan besar yang masih dan harus dihadapi antara lain dari sektor kehutanan dimana pengembangan potensi geothermal bertabrakan dengan kepentingan menjaga wilayah hutan lindung. Hal ini membuat Kementerian ESDM harus terus bekerja sinergis dengan Kementerian Kehutanan.

Selain itu juga masih terdapat sejumlah kendala yang berhubungan dengan keuangan seperti penetapan "ceiling price". Namun Menteri ESDM optimis hal ini bisa diselesaikan mengingat imbal keuntungan pengembangan geothermal yang bukan saja murah tapi juga berkesinambungan dan ramah lingkungan.

"Geothermal ini murah sekali. Harga listrik yang diperoleh dari bahan bakar minyak seharga Rp 40-Rp 45 sen per kwH. Bandingkan dengan listrik yang diperoleh dari geothermal yang cuma Rp7-10 sen per kwH," papar Jero.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement