Senin 10 Jun 2013 21:05 WIB

Program Bantuan Pemerintah Dinilai Bikin Rakyat Konsumtif

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Bantuan Langsung Masyarakat (Ilustrasi)
Foto: antara
Bantuan Langsung Masyarakat (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) menyoroti program  bantuan yang hendak diberikan pemerintah kepada masyarakat, khususnya terkait  isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pemberian bantuan seperti Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), Bantuan Siswa Miskin (BSM), beras miskin (Raskin) dan  Program Keluarga Harapan (PKH) dianggap kurang tepat karena tidak membuat masyarakat lebih mandiri.

"Program-program tersebut  tidak bersifat produktif tapi lebih ke arah konsumtif," ujar Sekjen OPSI, Timboel Siregar, Senin (10/6). 

Program-program kompensasi yang disebutkan bukanlah barang baru. Beberapa program bahkan telah diulang sekian kali meski tidak memberikan hasil yang signifikan. 

Evaluasi sebelumnya, menurut OPSI, menunjukkan bahwa program tersebut tidak  bisa mendukung daya beli masyarakat.

Saat ini Menko Kesra telah membagi-bagikan kartu perlindungan sosial untuk 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai penerima kompensasi kenaikan BBM.

Timboel juga meragukan bahwa kaum buruh yang masih mendapat upah di bawah atau sebesar upah minimum tidak termasuk dalam 15.5 juta RTS, padahal upah mereka hanya 63 persen dari total pekerja norma

Ia meyakini mayoritas buruh akan terkena dampak langsung dan signifikan sehingga mengurangi daya beli buruh.

Ia juga menyinggung target kemiskinan yang telah ditetapkan dalam APBN 2013 sebesar 9,5 persen  hingga 10,5 persen  akan dikoreksi menjadi antara 11,85% dan 12,10%.

 "Maka kenaikan BBM dan program kompensasinya ustru akan lebih menciptakan orang miskin lebih banyak lagi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement