Senin 27 May 2013 13:45 WIB

'Green Sukuk' Mampu Kembangkan Teknologi Hijau

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Sukuk (ilustrasi).
Foto: alhudacibe.com
Sukuk (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukuk hijau atau green sukuk adalah solusi pembiayaan investasi jangka panjang dalam pengembangan teknologi hijau (green technology). Investasi dalam sukuk dinilai sesuai untuk membiayai proyek-proyek energi terbarukan.

Proyek energi hijau atau green energy diperlukan banyak negara Muslim. Sayangnya dunia Muslim tidak memiliki surplus kas sehingga menunggu pemanfaatannya. "Green sukuk akan menghubungkan investor syariah dan konvensional agar fokus ke lingkungan," ujar Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan, Dahlan Siamat dalam seminar 'Green Energy with Green Financing' di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Senin (27/5).

Proyek energi terbarukan dapat mendukung keuangan syariah dalam menarik investor yang mencari keragaman portofolio. Investasi tersebut diantaranya berupa investasi peralatan dan sistem yang memungkinkan penggunaan energi dari sumber daya terbarukan, seperti seperti matahari, angin, air, biomassa, panas bumi dan efisiensi tidal. Selain itu dapat pula berupa investasi peralatan, sistem, produk dan layanan yang membantu mengurangi konsumsi energi, seperti mengurangi transmisi dan distribusi kerugian dengan memproduksi motor hemat energi.

Dahlan mengatakan dalam melakukan green financing, proyek harus terorganisir dengan baik termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan persaingan. "Proyek harus memberikan manfaat atau maslahat kepada publik," ucapnya. Termasuk di dalamnya pemanfaatan proyek, tidak terkait riba dan spekulasi, bukan hal yang melanggar hukum dan tidak membahayakan lingkungan. Green  sukuk membawa tanggung jawab sosial yakni investasi harus disalurkan pada sektor ekonomi ekologi berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut, Dahlan menjelaskan green energy merupakan bentuk energi atau teknologi yang dihasilkan dari kegiatan ramah lingkungan. Ini mencakup semua sumber energi terbarukan seperti angin, surya, panas bumi dan tenaga air. Pada 2010, investasi global dalam energi bersih mencapai 211 miliar dolar AS atau meningkat 28 persen dari tahun sebelumnya.

Dahlan mengatakan kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) mengalami ledakan perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangkit listrik serta rencana investasi signifikan dalam efisiensi energi dan proyek-proyek pengurangan karbon. Berbagai hambatan dihadapi dalam melakukan investasi tersebut, diantaranya kecilnya pasar utang sekunder.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement