Rabu 22 May 2013 12:41 WIB

Turki Seriusi Garap Keuangan Syariah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Muslimah Turki
Foto: lovehabibi.com
Muslimah Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki mengumumkan akan serius memasuki industri keuangan syariah. Hal ini lantaran krisis ekonomi global yang kian menggerus Turki.

Meski Turki adalah negara sekuler, namun mayoritas penduduknya Muslim. "Keuangan syariah adalah strategi cerdas," ucap seorang analis politik dari Global Source Partners berbasis di Istanbul, Attila Yesilada, seperti dikutip dari Voice of America (VoA), Rabu (22/5). 

Menurutnya sebagian masyarakat dan lembaga keuangan di Turki. menolak mengambil bunga. "Orang-orang menyimpan uang mereka di deposito aman non bunga," katanya.

Yesilada mengatakan Turki menderita kerugian besar karena tidak percaya bahwa bunga adalah haram. Saat ini banyak permintaan terhadap produk-produk perbankan syariah di Turki  baik dari nasabah Muslim maupun kerajaan di Kawasan Teluk. Bank syariah beroperasi sesuai aturan keuangan syariah yang melarang bunga.

Dalam dekade terakhir, sektor perbankan syariah berkembang pesat. Asetnya melampaui 1 triliun dolar AS pada akhir 2012. Sebagian besar pertumbuhan telah terjadi di negara-negara Teluk yang kaya energi dan Afrika Utara. Di Turki, pertumbuhannya kurang mengesankan. Pasalnya saat ini hanya empat lembaga yang menawarkan produk keuangan syariah.

CEO Albayrak, Omer Bolat mengatakan keputusan pemerintah untuk memasuki pasar keuangan syariah memberikan jaminan politik penting mengingat pemerintahan sebelumnya yang kukuh pada sekulerisme. "Pemerintahan lalu tidak bersimpati kepada sektor perbankan syariah. Mereka bisa menutup bank syariah dengan mudah melalui keputusannya," ucap Bolat. Alhasil deposan pun takut jika bank-bank ditutup, mereka harus kehilangan deposito mereka.

Bank syariah yang lebih kuat akan memungkinkan Turki menarik lebih banyak uang dari Teluk dan Asia. Pasalnya selera produk berbasis syariah di dua kawasan itu jauh melebihi pasokan yang ada. "Ini berpotensi membuat Istanbul menjadi pusat keuangan regional," kata Kepala Ekonom Finansbank Istanbul, Inan Demir.

Menurutnya jika pemerintah dan administrasi ekonomi memiliki ambisi menjadi pusat keuangan regional, maka Turki harus menarik perhatian Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara. "Karena di sana praktik-praktik Islam mendominasi," ujar Demir.

Hingga kini, Eropa masih menyumbang bagian terbesar perdagangan dengan lembaga keuangan Turki. Namun berhubung Eropa masih dalam cengkeraman krisis keuangan, Turki pun melihat pasar alternatif yaitu Timur Tengah atau Afrika Utara. Perkembangan keuangan syariah bisa menjadi instrumen yang semakin berguna dalam strategi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement