REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Thomson Reuters baru saja meluncurkan Indikator Pembangunan Keuangan Syariah bekerja sama dengan Perusahaan Pengembangan Islam untuk sektor swasta (ICD). ICD merupakan cabang dari Bank Pembangunan Islam (IDB).
Indikator tersebut adalah ukuran numerik yang menunjukkan kesehatan secara keseluruhan dan pertumbuhan industri keuangan syariah di berbagai belahan dunia. Thomson Reuters memperluas ruang lingkup indikator konten keuangan syariah, penelitian dan analisis berita. Ini dilakukan untuk mengembangkan objektifitas sekaligus menjadi barometer multi dimensi yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan industri keuangan syariah.
Indikator terdiri dari lima komponen yakni pengembangan kuantitatif, pemerintahan, tanggung jawab sosial, pengetahuan dan kepedulian. Managing Director Thomson Reuters untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Russell Haworth mengatakan Thomson Reuters berada di garis depan dibanding beberapa pasar utama bergerak di dunia. "Inisiatif ini menegaskan komitmen kami untuk mengembangkan indikator pertumbuhan layanan keuangan syariah," kata Haworth seperti dikutip dari The Peninsula, Rabu (22/5).
CEO ICD, Khaled Al Aboodi menyebut langkah ini memenuhi permintaan terhadap informasi industri yang transparan dan akurat di pasar keuangan syariah global. Dia menyadari industri membutuhkan langkah efektif dan menyeluruh.
"Kami senang dapat berkolaborasi dengan Thomson Reuters untuk memfasilitasi peristiwa penting yang mendukung perkembangan industri jasa keuangan syariah," ucap Kepala Pasar Modal Syariah Global, Sayd Farook.
Dia mengatakan ada indikator unik yang mewakili kesehatan industri keuangan syariah secara keseluruhan yaitu profesional dan media massa. Pasalnya konsumen mengandalkan informasi keduanya untuk merepresentasikan satu hal seperti aset perbankan syariah atau sukuk. Farook berujar Indikator Pembangunan Keuangan Syariah merupakan patokan terpadu yang mengukur pertumbuhan dan industri mencakup beberapa unsur termasuk tata kelola dan tanggung jawab sosial.