REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar perbankan dan keuangan Agus Eko Nugroho mengatakan perbankan harus mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang kemungkinan berdampak pada kemampuan nasabah membayar cicilan kredit.
"Harga BBM merupakan salah satu komponen biaya produksi. Kalau biaya produksi meningkat, keuntungan bisnis pasti akan menurun sehingga kemampuan membayar cicilan kredit juga menurun," kata Agus di Jakarta, Rabu (8/5).
Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan perbankan harus jeli melihat nasabah dari sektor usaha kecil dan mikro merupakan salah satu pihak yang paling rentan terdampak kenaikan harga BBM. Karena itu, Agus menyarankan perbankan untuk mengamati kemampuan nasabahnya dalam membayar cicilan dan memetakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pascakenaikan harga BBM bersubsidi.
"Apalagi kenaikan harga BBM pasti juga akan berpengaruh kepada inflasi yang mendorong kenaikan harga-harga komoditas yang menjadi bahan baku usaha kecil dan mikro. Kenaikan harga BBM akan memengaruhi kemampuan mereka membayar cicilan kredit," tuturnya.
Di tengah menurunnya kemampuan nasabah dalam membayar kredit, Agus juga menyarankan perbankan untuk tidak menaikkan suku bunga kredit karena akan berimbas negatif terhadap usaha kecil dan mikro. Dia justru menyarankan perbankan untuk membantu nasabah untuk mendapat kemudahan dalam membayar kredit. "Perbankan perlu melobi pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada nasabahnya yang bergerak di sektor usaha kecil dan mikro supaya kemampuannya membayar cicilan kredit tidak terlalu menurun akibat dampak kenaikan BBM," ungkapnya.