Rabu 01 May 2013 16:25 WIB

Perluas Pelabuhan, Indo Tambangraya Investasi 90 Juta Dolar AS

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Tambang batu bara (ilustrasi)
Foto: Wikipedia
Tambang batu bara (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mendukung kinerja perseroan, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) akan melakukan perluasan pelabuhan batu bara (jetty). Investasi perluasan pelabuhan diperkirakan mencapai 90 juta dolar AS.

Direktur Keuangan Edward Manunung mengatakan tahun ini akan mulai memperluas dua pelabuhan milik perseroan, yaitu Pelabuhan Bontang dan Pelabuhan Muata Bunyut. "Saat ini kami sedang persiapan dan melakukan studi kelayakan," kata Edward, usai menghadiri Hari Investor di Bursa Efek Indonesia, Rabu (1/5).

Pelabuhan Bontang akan diperluas sehingga kapasitas produksinya meningkat menjadi 30 juta ton. Sampai saat ini kapasitas produksi pelabuhan hanya 20,5 juta ton. Perluasan pelabuhan memerlukan waktu 2-3 tahun. Diperkirakan perluasan selesai pada 2016 dengan kisaran investasi sebesar 60-70 juta dolar AS.

Untuk pelabuhan Bunyut perseroan menganggarkan dana sekitar 20 juta dolar. Perseroan akan meningkatkan kapasitas produksi dari sembilan juta ton menjadi 15 juta ton. Proses perluasan ditargetkan selesai 2015. Perseroan akan menggunakan dana internal untuk keperluan pengembangan kedua pelabuhan tersebut.

Edward menambahkan sejauh ini belum ada lagi rencana perseroan untuk melakukan pengembangan lain, termasuk pembangunan pembangkit listrik. Perseroan masih melihat-lihat peluang yang ada dan melakukan perhitungan apakah ada yag menguntungkan atau tidak.

Saat ini perseroan sudah memiliki sebuah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Bontang. Pembangkit ini dipakai untuk keperluan operasional di blok dan pelabuhan.

Sepanjang 2012 ITMG mencatatkan volume penjualan batu bara sebesar 27,2 juta ton. Kenaikan ini terjadi di tengah pelemahan permintaan akibat perlambatan ekonomi dunia. Kenaikan volume penjualan membuat Indo Tambang mempertahankan penjualan bersih sebesar 2,43 miliar dolar AS di akhir 2012.

Namun harga batu bara yang lebih rendah dari harga rata-rata menyebabkan laba bersih menurun 21 persen menjadi 432 juta dolar AS. Penurunan juga terjadi pada marjin laba kotor sebesar tujuh persen menjadi 30 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement