REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara umum, rencana kenaikan harga BBM bersubsidi yang diterapkan secara satu harga bagi seluruh kendaraan, dinilai akan lebih baik dibandingkan rencana kebijakan dua harga yang selama ini diwacanakan pemerintah.
"Secara pribadi, saya tidak sependapat dengan harga BBM ganda tersebut, karena dalam tataran implementasi sangat rumit dan berisiko. Lebih baik diterapkan harga tunggal, dengan kenaikan BBM yang lebih rendah misalnya 20 atau 25 persen," ujar pengamat ekonomi dari Universitas Paramadina, Wijayanto di Jakarta, Rabu (24/4).
Di sisi lain, kata Wijayanto, kenaikan harga BBM bersubsidi khusus mobil pribadi, jika diterapkan mulai Juni, hanya akan menghemat sekitar 12,5 persen dari total alokasi untuk subsidi sebesar Rp 200 triliun.
"Kebijakan itu hanya akan menghemat beban APBN sebesar sekitar Rp 22-25 triliun atau 12,5 persen dari total alokasi subsidi energi BBM. Suatu jumlah yang kurang signifikan," tuturnya.
Jika pemerintah tetap akan memberlakukan BBM bersubsidi dua harga, Wijayanto mengingatkan, pemerintah perlu menjamin agar harga BBM ganda tersebut tidak menimbulkan gejolak dan tidak ada manipulasi.