REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) akan melakukan pemecahan saham (stock split). Hal tersebut dilakukan agar saham perseroan pelat merah ini dapat dibeli oleh siapa pun dengan harga yang lebih terjangkau.
Direktur Utama Telkom Arief Yahya menyebutkan pemecahan dilakukan untuk menjaga saham agar lebih terjangkau oleh investor. "Tujuannya untuk likuiditas, ketersediaan (affordability) dan persepsi," ujar Arief di Jakarta, Jumat (19/4).
Menurut hitungan Telkom, harga saham perseroan saat ini merupakan harga psikologis. Rencananya saham perseroan akan dipecah menjadi lima. Artinya satu lembar saham perseroan akan ditukar menjadi lima lembar saham.
Nilai ini akan meningkatkan jumlah saham beredar perseroan. Saat ini jumlah saham yang beredar sebanyak 80 miliar lembar saham. Sedangkan dengan adanya pemecahan saham ini jumlah saham akan bertambah menjadi 400 miliar lembar saham.
Namun perseroan masih menunggu keputusan Kementerian Negara BUMN terkait pemecahan saham ini. Opsi lain yang dilakukan perseroan adalah dengan melepas treasury stock.
Direktur Keuangan Telkom Honesti Basyir mengatakan perseroan telah melakukan buy back sejak 2005. Jumlahnya mencapai 1,01 miliar lembar saham. Perseroan akan melepas kembali saham yang telah dibeli tersebut secara bertahap.
"Untuk tahap pertama saham yang akan dilepas adalah sebanyak 211,3 juta lembar saham dengan nilai Rp 1,8 triliun," ujar Honesti.
Pelepasan saham buy back tahap pertama akan jatuh tempo pada Agustus 2013. Ada lima opsi untuk buy back tahap pertama ini, yaitu cancellation, penjualan ke pasar, placement, MESOP, atau dengan penerbitan obligasi yang dapat dikonversi ke saham.
Namun perseroan belum memutuskan opsi mana yang akan dipilih. "Kelima opsi terbuka," kata Honesti