REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diperkirakan masih berada di atas enam persen. Ekonom Universitas Indonesia I Kadek Dian Sutrisna Artha memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional 2013 mencapai 6,5 persen.
Angka ini tidak berbeda jauh dengan proyeksi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 6,2-6,6 persen. Pertumbuhan tinggi ini didukung oleh tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi fisik yang juga tinggi.
Sementara, di konsumsi pemerintah masih ada ganjalan pada struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk ekspor, Artha menyebut terdapat tekanan akibat kondisi perekonomial global yang belum menentu.
"Tapi secara keseluruhan kalau untuk pertumbuhan, masih aman," tutur Artha kepada Republika, Jumat (12/4
Artha menyebut konsumsi rumah tangga pada 2013 akan terdorong oleh aktivitas jelang pemilihan umum 2014. Belanja politik yang dilakukan oleh calon anggota legislatif maupun partai politik akan meningkatkan konsumsi. "Istilahnya siklus bisnis politik" kata Artha.
Badan Pusat Statistik melansir pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 mencapai 6,23 persen. Angka itu lebih rendah dari target yang tertuang dalam APBN-P 2012 sebesar 6,5 persen.
Komponen pertumbuhan ekonomi didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 54,56 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau komponen investasi fisik 33,16 persen.
Sementara, konsumsi pemerintah menyumbang 8,89 persen dan komponen ekspor 24,26 persen serta komponen impor 25,81 persen.