REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada Februari kembali mengalami defisit. Indonesia defisit 327,4 juta dolar. Indonesia mengekspor 14,99 miliar dolar dan mengimpor 15,32 miliar dolar. Defisit perdagangan disebabkan defisit di sektor migas.
Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana mengatakan Indonesia harus meningkatkan ekspor ke ASEAN. Sebab, ia melihat ekspor ke negara-negara ASEAN belum maksimal. Negara tujuan ekspor Indonesia memang masih kepada Amerika Serikat, Cina dan Jepang.
"Ekspor ke ASEAN baru 25 persen. Sekitar 75 persen ke non Asean. Kita belum optimalkan itu, padahal lebih dekat," ujar Agus, saat ditemui di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (1/4).
Menurut dia, ekspor ke ASEAN jauh lebih efektif dibandingkan negara-negara lain seperti Amerika Latin yang umumnya sangat jauh. Sesama negara ASEAN, kata dia posisi Indonesia cukup bisa bersaing. Artinya, komoditas ekspor sesama negara ASEAN cukup mirip.
"Kalau dengan ASEAN kita jangan khawatir, harus menang. Bisa kita kejar. Hanya dengan Cina saja kita merasa agak sulit," ujarnya.
Beberapa bulan ini, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan. Defisit perdagangan terutama disebabkan defisit di sektor migas. Indonesia mengimpor minyak atau BBM terlalu banyak.
Agus menuturkan untuk mengatasi defisit migas, selain meningkatkan surplus nonmigas, konsumsi migas juga harus ditekan. Untuk meningkatkan surplus non migas, kata dia, selain mengiptimalkan pasar di ASEAN, Indonesia harus mengekspor produk-produk lain yang bernilai tambah.