Rabu 27 Mar 2013 16:29 WIB

Ini Tiga Tantangan Menteri Keuangan Baru

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Heri Ruslan
Kantor Kementerian Perekonomian yang berada satu areal dengan Kementerian keuangan
Kantor Kementerian Perekonomian yang berada satu areal dengan Kementerian keuangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono. mengatakan, terdapat tiga tantangan utama yang akan dihadapi oleh siapapun yang ditunjuk untuk menggantikan Agus Martowardojo yang terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesia medio 2013-2018.

Tantangan pertama adalah memberi masukan dan meyakinkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait subsidi energi.  Tony menyebut subsidi energi tahun ini akan jebol hingga Rp 320 triliun.  Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pagu dalam APBN 2013 yang menyentuh Rp 274,7 triliun.

"Ini tidak masuk akal dan dapat mengganggu fiscal sustainability (keberlanjutan fiskal)," tutur Tony kepada Republika melalui pesan singkatnya, Rabu (27/3).

Oleh karena itu, Tony menyarankan agar salah satu komponen subsidi energi yaitu subsidi bahan bakar minyak (BBM) dikurangi.  "BBM bersubsidi perlu naik ke Rp 6.000 per liter," ujar Tony.  Tony menyadari adanya dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat dari kalangan menengah ke bawah khususnya dari sisi inflasi. 

Oleh karena itu, BBM bersubsidi dapat diberikan kepada pemotor dengan harga tetap di titik Rp 4.500 per liter. Tantangan kedua adalah rendahnya penyerapan anggaran belanja di sejumlah kementerian/lembaga (K/L). 

Menurut Tony, untuk mengatasinya perlu disiplin dari sisi jadwal perencanaan hingga pelelangan proyek di K/L terkait.  Sebagai catatan, belanja K/L dalam APBN 2013 mencapai Rp 594,6 triliun.  Tantangan ketiga adalah realisasi penerimaan perpajakan yang harus dinaikkan dari pencapaian 2012 silam. 

Tujuannya agar pemerintah dapat mengurangi tambahan utang untuk pembiayaan anggaran.  Dalam APBN-P 2012, realisasi penerimaan perpajakan tercatat Rp 980,1 triliun, lebih rendah dari target Rp 1.016,2 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement