REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tahun ini sangat tergantung pada permintaan yang berasal dari Jepang. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan jika permintaan dari Jepang meningkat, kinerja ekspor TPT bisa mencapai 13 miliar dolar AS atau sama dengan tahun lalu.
Namun, jika ekspor ke Jepang stagnan, total ekspor TPT Indonesia berkurang sekitar 5 persen atau hanya 12,35 miliar dolar AS. “Kita menjual ke Eropa turun, Amerika turun, satu-satunya yang naik hanya ke Jepang,” ujar Ade, saat dijumpai di sela-sela workshop pendalaman kebijakan industri, Kamis (21/3) malam.
Ade mengatakan ekspor ke Jepang pada tahun 1011 meningkat 70 persen dibandingkan 2010. Pada tahun 2012 lalu, ekspor ke Jepang meningkat 40 persen. Menurutnya, kenaikan ekspor tekstil ini didukung oleh bea masuk ke Jepang nol persen. Indonesia menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang yang berdampak pada pembebasan bea masuk tekstil kesana.
Sementara, ekspor Indonesia ke Amerika dan Eropa selain terhalang faktor krisis, ekspor tekstil juga terkendala bea masuk yang tinggi. Misalnya, di Eropa produk Indonesia dikenakan bea masuk antara 12-16 persen. Padahal, banyak negara-negara lain yang bisa masuk dengan bea nol persen.
Ia berharap Indonesia bisa meneken perjanjian perdagangan bebas dengan Eropa dan Amerika agar bea masuk tekstil bisa nol persen. Dengan begitu, tekstil 'made in Indonesia' bisa memnabjiri dunia. Menurutnya, perjanjian dengan negara maju cukup menguntungkan di sektor tekstil.
Pada tahun 2012, perdagangan TPT dunia mencapai 691,9 miliar dolar AS, turun dua persen dari 2011 sebesar 706 miliar dolar AS. Tahun ini dipredisksi perdagangan TPT dunia mencapai 747,1 miliar dolar AS.