Kamis 21 Mar 2013 13:51 WIB

3 Pelajaran dari Melambungnya Harga Bawang Versi Hatta Rajasa

Rep: Muhammad Iqbal / Red: Citra Listya Rini
Menko Perekonomian Hatta Rajasa (tengah).
Foto: Antara/Dhoni Setiawan
Menko Perekonomian Hatta Rajasa (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyebut terdapat tiga pelajaran yang harus diambil dari peristiwa melambungnya harga bawang merah dan bawang putih akhir-akhir ini.  

Pelajaran pertama dari sisi tata kelola impor bawang, termasuk di dalamnya menyangkut perizinan dan pemantauan.  Menurut Hatta, perlu diperhatikan dengan seksama pemberian rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH) dan importir terdaftar (IT).  

"Apakah importir yang ditunjuk abal-abal, kebanyakan atau tidak," kata Hatta di Jakarta, Kamis (21/3).

Pelajaran kedua adalah apakah setelah diberikan izin untuk mengimpor, importir yang bersangkutan melakukan distribusi atau distribusi dihentikan. Penghentian distribusi, kata Hatta, tidak boleh terjadi.  Pihak yang diberikan izin oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan harus segera memasukkan barangnya ke pasar.

"Bukan menunggu harga naik dulu baru masuk ke pasar," kata Hatta.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional ini menambahkan, distribusi harus diatur dan tidak boleh dibiarkan menumpuk.  Sebab pada akhirnya dapat menimbulkan dampak seperti sekarang ini. Harga bawang merah dan bawang putih meroket di sejumlah wilayah, walaupun penurunan mulai terjadi saat ini. 

Pelajaran ketiga, ujar Hatta, adalah menggantungkan diri kepada impor selalu menimbulkan distorsi akibat adanya permainan dan lain-lain.  Oleh karena itu, produksi dalam negeri harus diperbanyak.  

Namun, Hatta mengakui produksi bawang putih di Indonesia masih berkisar lima persen kebutuhan. "Sisanya memang harus impor. Tapi importirnya harus benar-benar kredibel." ujar Hatta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement