REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tetap fokus untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 6,6 hingga 6,8 persen pada tahun ini. Meskipun demikian, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro tidak memungkiri jika target pertumbuhan dapat bergeser ke titik 6,3 persen.
"Salah satu skenario bawah kita memang sekitar itu," tutur Bambang kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Jum'at (8/3).
Sebagai catatan, realisasi pertumbuhan ekonomi pada 2012 menyentuh 6,23 persen. Sementara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 6,8 persen.
Menurut Bambang, pemerintah perlu mengeluarkan upaya ekstra dalam mencapai target tersebut. Sambil berharap kondisi perekonomian global, baik itu di Amerika Serikat maupun Eropa, terus membaik. "Kita sudah menghitung down side risk yang terjelek. Tapi, kita fokus ke tujuan awal," ujarnya.
Sebelumnya pada Kamis (7/3), Bank Indonesia menyatakan secara keseluruhan pada 2013 pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan cenderung mengarah ke batas bawah kisaran 6,3 persen hingga 6,8 persen. Kisaran itu telah memperhitungkan aktivitas ekonomi pada triwulan II, III dan IV, termasuk pengeluaran untuk persiapan pemilihan umum (Pemilu) 2014.
Khusus untuk kuartal I 2013, BI memperkirakan perekonomian Tanah Air akan tumbuh 6,2 persen. Ini didukung oleh kuatnya permintaan komestik yang tumbuh seiring sejalan dengan keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat yang membaik.
Sementara itu, berbagai indikator menunjukkan moderasi pertumbuhan investasi, khususnya pada investasi nonbangunan di tengah investasi sektor bangunan yang masih cukup kuat. Indikasi moderasi itu juga terlihat pada melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal. Di sisi lain, kinerja ekspor ke berbagai negara mitra dagang utama, khususnya Cina, Amerika Serikat dan India, diperkirakan membaik.