Senin 04 Mar 2013 22:46 WIB

Ferrostaal Bakal Bangun Pabrik Kimia Raksasa di Papua Barat

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Djibril Muhammad
Ferrostaal
Foto: thenational.ae
Ferrostaal

REPUBLIKA.CO.ID, ESSEN - Ferrostaal, perusahaan petrokimia asal Jerman bakal menanamkan modal untuk proyek petrokimia-downstream di Papua Barat.

Direktur Ferrostaal Klaus Lesker mendandatangani Letter of Intent (LoI) untuk proyek tersebut dari ini bersama presiden SBY saat kunjungannya ke Jerman.

Ferrostaal sebagai developer proyek rencananya mulai pada 2019 mendatangakan mengoperasikan kompleks instalasi petrokimia untuk menghasilkan metanol, propilen dan polipropilen dari gas bumi. Kompleks itu akan dibangun di Kabupaten Teluk Bintuni.

Berdasarkan LoI dalam bulan-bulan berikutnya, akan diadakan pembagian pengadaan gas dari sumber daya alam daerah serta pembagian lahan bangunan dalam satu kawasan industri di Teluk Bintuni yang direncanakan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.

"Kompleks instalasi ini dengan tekniknya yang terkembang mengakibatkan transfer teknologi dan menjamin adanya lowongan kerja yang berkelanjutan untuk sampai kira-kira 3000 karyawan langsung dan tidak langsung," ujar Lesker, dalam siaran pers yang diterima.

Jumlah tenaga kerja ini, kata dia setara dengan empat kali lowongan kerja yang dihasilkan produksi gas cair (LNG). Jika pabrik ini sudah berproduksi, kata Lesker, Indonesia bisa mengurangi impor hingga  600 juta Dollar AS per tahun. 

Secara rinci, proyek ini akan menghasilkan kira-kira 400 ribu ton polipropilen per tahun, bahan sintetik serta produk sampingan bensin (kira-kira 150 ribu ton) dan gas cair (kira-kira 34 ribu ton). Semua itu akan dijual di pasar domestik untuk memenuhi kebutuhan lokal.

Polipropilen digunakan di industri plastik untuk memproduksikan kotak kemasan. Kini, polipropilen semakin banyak digunakan industri otomotif dan mebel. Produksi polipropilen membutuhkan gas bumi daerah dari sumber daya alam di Papua Barat, yang potensinya bisa memasok kompleks instalasi selama minimal 25 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement