REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan target produksi minyak siap jual (lifting) segera direvisi. Bahkan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini menuturkan lampu hijau sudah didapat dari Kementerian Keuangan.
"Kita sudah laporkan ke Kementerian Keuangan. Mereka sudah terima (usulan revisi)," katanya pada wartawan, Senin (4/3). Dengan demikian, ia menuturkan revisi target akan masuk dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (R APBN-P) 2013, April tahun ini.
Namun, soal angka Rudi belum mau menuturkan. Pastinya, lembaga yang ia pimpin, sudah mengusulkan lifting minyak berada di kisaran 830 ribu barel minyak per hari (bph) hingga 850 ribu bph. "Kalau 830 ribu yang disetujui kita syukuri. Tapi kalau setujunya 850 agak susah tapi kita oke saja," jelasnya.
Ia pun memastikan tak ada defisit anggaran yang akan terjadi. Ditegaskan Mantan Wakil Menteri ESDM itu, revisi ini akan mencocokan target lifting dengan realita di lapangan. Selama ini, tegasnya, perhitungan lifting selalu dilebih-lebihkan. Karenanya, tegasnya, harus ada revisi.
"Ini penting agar tidak terjadi keributan. Agar pendapatan lebih cocok, penerimaan juga cocok," ujarnya. Lagipula, menurutnya, di awal pemerintah juga memang mengajukan angka ini sebagai patokan lifting tahun 2013. "Memang pendapatannya 830 ribu, tapi kita jeplak saja sampai 900 ribu," katanya lagi.
Pengamat migas dari Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto menilai idealnya produksi minyak dipatok di level 810 ribu bpd hingga 850 ribu bph. Tapi, target tersebutpun baru bisa dicapai dengan decline rate (target penurunan produksi) sebesar nol persen.
Pasalnya tak ada kegiatan produksi minyak yang bisa menunjang peningkatan produksi. Blok Cepu di Jawa Timur yang dikelola Mobil Cepu Limited (MCL) misalnya baru akan berproduksi 2014 nanti.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi minyak mengalami penurunan sejak empat tahun terakhir. Dari semula 948 ribu bph di 2009, produksinya mengalami penurunan di 2010 menjadi 945 ribu bph. Ini terus terjadi hingga 2011, di mana produksi turun lagi hingga 901 ribu bph di 2011. Produksi terendah terjadi 2012 lalu sebesar 860 ribu bph.
Produksi diperkirakan baru akan menembus 1 juta barel per hari (mbopd) di 2015 nanti. Produksi tahun ini bakal ditopal PHE WMO dengan tambahan produksi minyak 2500 bph dan Pertamina EP area Pondok Makmur dengan tambahan produksi 800 bph.