Kamis 21 Feb 2013 17:05 WIB

Nonmuslim Makin Minati Produk Bank Syariah

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
Bank Syariah/Ilustrasi
Foto: ANTARA
Bank Syariah/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk perbankan syariah ternyata diminati komunitas nonmuslim. Beberapa jenis produk yang berbasiskan bagi hasil dan jual beli dangan angsuran tetap dianggap lebih fair dan transparan.

Direktur BNI Syariah, Imam T Saptono mengatakan umumnya nonmuslim menggemari bank syariah karena didasarkan pada benefit yang diperoleh. "Misalnya margin bagi hasil dan tingkat margin pembiayaan yang kompetitif," ujarnya kepada ROL, Kamis (21/2).

Namun, kata Imam, jumlah nasabah nonmuslim masih relatif lebih sedikit dibanding nasabah muslim. "Umumnya mereka menggemari produk dana (deposito) dan pembiayaan," ucapnya.

Direktur Utama Bank Mega Syariah, Benny Witjaksono, belum melihat adanya pergerakan signifikan atas minat kaum nonmuslim pada bank syariah. "Kalau peralihan nonmuslim dikarenakan keunggulan bank syariah itu sendiri, saya belum melihatnya," ucapnya.

Ada pengecualian jika peralihan tersebut diakibatkan aturan yang ditetapkan regulator. Misalnya saja aturan Loan to Value (LTV) oleh Bank Indonesia (BI) terkait minimal uang muka (down payment) 30 persen dalam Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).

Aturan yang ditetapkan pada bank konvensional ini mengakibatkan peralihan nasabah cukup besar ke bank syariah. Pasalnya aturan tersebut lebih dulu dilakukan ke bank konvensional pada Juni 2012 sehingga membuat masyarakat cenderung memilih pembiayaan ke bank syariah. "Kalau kasusnya seperti ini, saya akui banyak peralihan, baik nasabah muslim maupun nonmuslim," kata Benny.

Menurutnya peralihan nasabah dari bank satu ke bank lain tidaklah mudah.  Pasalnya hal tersebut berkaitan dengan kebiasaan dan kepercayaan  nasabah kepada satu bank untuk mengelola kekayaannya.  Namun begitu dia berharap minat nonmuslim terhadap bank syariah dapat meningkat sehingga mempercepat pertumbuhan bank syariah.

Benny berujar percepatan peralihan bisa dipercepat jika mendapat keberpihakan dari regulator. Menurunya bank syariah ibarat masih bayi sehingga perlu perlakuan khusus. "Kalau tidak susah membuat nasabah nonmuslim beralih ke bank syariah, karena mereka akan bertanya apa untungnya," ujarnya.

Harian Vatikan L'Osservatore Romano bahkan pernah menyampaikan pujiannya terhadap konsep etika perbankan dan keuangan syariah. Tak hanya itu, mereka pun mendorong bank-bank Barat mengadopsi aturan perbankan dan keuangan syariah untuk mengembalikan kepercayaan nasabah pasca krisis global.

Beberapa negara seperti Inggris, Luksemburg, Irlandia Utara, Jerman, Bermuda, Perancis, Malaysia, Indonesia, Maladewa, Turki, Singapura, Jepang, Australia dan kawasan Timur Tengah cukup memajukan sektor perbankan syariahnya. Negara-negara tersebut telah mengembangkan infrastruktur kuat sistem keuangan dan perbankan syariah.

Pengalaman menunjukkan saat dunia menghadapi krisis ekonomi parah, bank syariah terus tumbuh berlanjut.  Perbankan dan keuangan syariah kini menjadi bagian perekonomian dunia dengan lebih dari 75 negara bergabung dalam industri yang tumbuh sekitar 20 persen hingga 30 persen per tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement