REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Internasional Indonesia (BII) mencatat pertumbuhan laba bersih sangat signifikan mencapai 81 persen. Sepanjang 2012, perusahaan yang juga bernama Maybank ini mencatat laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali hingga Rp 1,2 triliun.
Direktur Utama BII, Dato Khaerussaleh Ramli, mengatakan peningkatan kinerja perusahaan didukung pertumbuhan kuat pada seluruh bisnis inti bank. Khususnya pertumbuhan simpanan, peningkatan keseluruhan kualitas aset, termasuk entitas anak dan perbaikan berkelanjutan dari keseluruhan operasional bank.
"Kredit bertumbuh 20 persen, dari Rp 67,2 triliun akhir 2011 menjadi Rp 80,9 triliun akhir 2012," kata Dato di Jakarta, Selasa (19/2). Kredit UKM BII mencatat pertumbuhan tertinggi 41 persen dari Rp 16,4 triliun menjadi Rp 23,1 triliun. Berikutnya kredit korporasi tumbuh 24 persen menjadi Rp 21,6 triliun.
Kredit komersial tumbuh satu persen menjadi delapan triliun rupiah. Kredit konsumer tumbuh 11 persen menjadi Rp 27,8 triliun. Pada kredit konsumer, kata Dato, portofolio pembiayaan roda dua perusahaan turun 11 persen menjadi Rp 8,8 triliun. Ini disebabkan aturan pembayaran uang muka kendaraan (LTV) dari Bank Indonesia (BI).
Direktur Keuangan BII, Thilagovathy Nadason, mengatakan simpanan nasabah tumbuh 22 persen menjadi Rp 85,9 triliun. Simpanan meningkat dari Rp 70,3 triliun. "Tabungan tumbuh tujuh persen menjadi Rp 18,8 triliun," kata Thila dalam kesempatan sama. Berikutnya giro tumbuh 19 persen menjadi Rp 14,7 triliun, dan deposito berjangka tumbuh 30 persen menjadi Rp 52,5 triliun.
Rasio kecukupan modal (CAR) BII masih dilevel terbaik 12,83 persen. Ini juga didukung penerbitan obligasi yang dilakukan perusahaan tahun lalu sebesar dua triliun rupiah. Rasio kredit terhadap simpanan nasabah konsolidasi (LDR) membaik di level 95,07 persen pada 2011 menjadi 92,97 persen pada akhir 2012.
Peningkatan bunga bersih naik 33 persen menjadi Rp 5,3 triliun karena pertumbuhan kredit dan perbaikan aset. Thila mengatakan BII tetap bisa meningkatkan NIM menjadi 5,73 persen 2012 dari 5,22 persen 2011.
Rasio kredit bermasalah (NPL) BII membaik. Rasionya turun dari 2,14 persen pada 2011 menjadi 1,70 persen pada 2012. BII mengalami penurunan tipis pada fee based income dari Rp 2,3 triliun menjadi Rp 2,2 triliun. Ini karena terjadi penurunan volue pembiayaan kendaraan roda dua, sama halnya seperti yang terjadi di selruh industri. Tetapi, kata Thila, penurunan fee based income ini diimbangi pertumbuhan yang kuat pada porsi pendapatan bunga.