REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebanyak 220 ribu dokter di Inggris menuntut pemerintah mengenakan cukai untuk minuman Pemanis. Para dokter ini meminta penerapan cukai sebesar 20 persen untuk minuman pemanis.
Ide cukai ini dilatarbelakangi kekhawatiran minuman berpemanis menyebabkan obesitas atau kegemukan. Mereka juga meminta pelarangan adanya gerai makanan cepat saji di sekitar sekolah dan tempat wisata.
Akademi Royal Medis menyerukan beberapa rekomendasi ini untuk memutus rantai generasi Inggris yang mengalami obesitas menuju generasi yang lebih sehat.
Negara ini memang cukup dikenal sebagai negara dengan tingkat obesitas yang cukup tinggi. Satu dari empat orang dewasa di Inggris mengalami obesitas. Angka obesitas ini diperkirakan bakal naik dan dialami 60 poersen laki-laki, 50 persen perempuan serta 25 persen anak-anak pada 2050 mendatang.
Kepala akademi Terence Stephenson mengatakan cukai tidak menjadi satu-satunya hal mengatasi obesitas. Namun, menurut dia cukai sebagai salah satu instrumen untuk pencegahan masalah ini. Di Inggris, obesitas menelan biaya hingga 5,1 miliar pound setahun.
Ia menginginkan adanya uji coba penerapan cukai sebesar 20 persen dalam jangka waktu satu tahun. Menurut dia cukai ini penting karena minuman pemanis dianggap sebagai 'kalori tidak berguna.'
Selain untuk mengetahui dampak terhadap penjualan minuman berpemanis, sebagian cukai ini juga bisa digunakan untuk membiayai masyarakat dalam melakukan manajemen kesehatan. Untuk membiayai manajemen kesehatan, Inggris memerlukan biaya sekitar 300 juta pound selama 3 tahun.
Ide inipun sontak mendapat respon miring dari pelaku usaha di Inggris. Juru bicara Asosiasi Ritel Inggirs, Richard Dodd mengatakan rekomendasi ini seolah menjeneralisir anggotanya dalam katagori makananyang tidak sehat.
Menurut dia, anggotanya yang antara lain terdiri McD, Burger King dan KFC telah berkomiten mengurangi gula, garam dan lemak. "Angggota kami sangat mendorong diet yang seimbang dan memberikan konsumen pilihan dan informasi yang mereka butuhkan," ujar Dodd, seperti dikutip Guardian, Senin (18/2).
Sekjen Asosiasi Bitish Soft Drink Gavin Partington mengakui obesitas merupakan salah satu masalah yang dihadapi Inggris. Namun ia menolak rencana ini. Menurutnya, selama 10 tahun konsumsi minuman ringan mengandung gula turun 9 persen sementara angka obesitas meningkat 61 persen.