Selasa 19 Feb 2013 16:11 WIB

Proyek MRT Libatkan Jepang

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Nidia Zuraya
MRT DKI Jakarta (ilustrasi).
Foto: jakarta.go.id
MRT DKI Jakarta (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Japan International Cooperation Agency (JICA) memastikan akan mendukung penuh proyek mass rapid transit (MRT) di DKI Jakarta hingga tuntas. Dukungan yang diberikan tidak hanya terbatas pada sisi keuangan semata melainkan juga dari sisi nonkeuangan. 

 

Demikian disampaikan oleh Wakil Presiden JICA Hiroto Arakawa seusai bertemu dengan Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Affandi Lukman di kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (19/2).

 

"Kami akan mendukung semuanya," tutur Hiroto.  Bantuan-bantuan tersebut akan dimulai dari studi kelayakan (feasibility study/FS), desain, pembangunan hingga operasional MRT.  Ini didasari oleh kewenangan dan pengalaman JICA dalam mengelola MRT di Tokyo.  "Tapi, kita masih menunggu permintaan terakhir dari pemerintah."

 

Proyek MRT total bernilai 144 miliar yen di mana pemerintah berutang 120 miliar yen kepada JICA.  Sedangkan sisanya akan dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (49 persen) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta (51 persen).  

 

Untuk tahap pertama, akan dibangun koridor yang menghubungkan Lebak Bulus dengan Bundaran HI sepanjang 15,7 km.  Terdapat 13 stasiun pemberhentian sebanyak tujuh tahun layang dan enam stasiun bawah tanah.  Koridor ini diupayakan aktif 2016 mendatang.

 

Sedangkan untuk tahap kedua, akan dibangun koridor yang menghubungkan Bundarang HI dengan Kampung Bandan sepanjang 15,7 km.  Pembangunan tahap kedua diharapkan rampung dan beroperasi pada 2018 mendatang. 

 

Lebih lanjut, Hiroto mengatakan proyek MRT sangat penting demi efisiensi moda transportasi di Jakarta.  Jakarta merupakan kota besar yang sangat memerlukan transportasi massa.  Selain untuk mengangkut penumpang dalam jumlah besar, MRT juga dibutuhkan dalam rangka penurunan polusi akibat kendaraan bermotor. 

 

Rizal menambahkan, MRT diharapkan dapat menjadi bagian dari pengembangan sistem transportas yang terintegrasi di ibu kota.  Sebab pada dasarnya, MRT pada ujung-ujungnya memerlukan keterpaduan dengan moda transportasi lain seperti bus dan lain-lain.  "Jadi, pengalaman yang ada di Tokyo akan menjadi masukan berharga," kata Rizal. 

 

Keberadaan MRT, lanjut Rizal, diyakini akan membuat masyarakat beralih dari kendaraan pribadi.  Terlebih, berdasarkan pertumbuhan eksponensial, diperkirakan pertumbuhan kendaraan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang.  "Jadi dengan menyiapkan public transportation yang cepat, aman dan nyaman.  Ini konsepnya yang sedang disiapkan."

 

Terkait harga tiket MRT, baik Hiroto maupun Rizal enggan berkomentar lebih jauh.  Namun, keduanya menyebut harga tiket pasti akan disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat.  Harga tiket jika sebanding dengan kenyamanan dan kecepatan yang diperoleh masyarakat, kata Rizal, tidak akan sebanding. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement