REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SK Migas) Rudi Rubiandini menilai eksplorasi migas kini sangat memprihatinkan. Pasalnya secara kualitatif, pengeboran mencari cadangan baru, minim hasil.
"Dari 80 pengoran yang dilakukan di wilayah kerja yang sudah kurang lebih tiga tahun, discovery (menemukan cadangan) hanya 51 pengeboran," katanya. Sementara 29 lainnya tak membuahkan hasil.
Padahal, ujar mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu, secara teorinya setiap tetes minyak yang diproduksi, wajib mendapatkan cadangan baru yang sama besar volumenya dengan produksi minyak. "Nah ini ternyata lima, enam, tujuh tahun ini tak bisa 100 persen, malah 2012 hanya 52 persen," jelasnya.
Ini membuat, meski produksi minyak sudah mencapai 304 juta barel oil, cadangan yang ditemukan hanya 164 juta barel minyak. "Jadi pantas kalau ada penurunan (produksi)," katanya.
Sebelumnya, meski terdapat 80 pengeboran sumur baru yang dilakukan, jumlah rencana awal pengeboran lebih dari angka tersebut. Dari data SKK Migas, rencana pengeboran baru yang dilakukan seharusnya mencapai 250 sumur.