REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar mata uang yen Jepang (JPY) disinyalir bertujuan untuk meningkatkan ekspor dalam negeri.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, langkah Jepang tidak akan diikuti Indonesia dengan melemahkan nilai tukar Rupiah. Menurutnya, Jepang sedang mendeklarasikan perang mata uang terhadap negara-negara maju lainnya.
"Itu adalah currency war (perang mata uang). Tidak ada yang perlu direkayasa," tutur Hatta seusai memimpin Rapat Koordinasi Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (Timnas PEPI) di kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (13/2).
Kelompok negara kaya yang tergabung dalam G7 sebelumnya mengingatkan Jepang tentang manuver Yen di pasar uang global. Yen sebelumnya memang kehilangan nilai yang signifikan terhadap mata uang utama seperti dollar AS dan pound sterling.
Dikutip dari exchangerates.org.uk, pedagang valuta asing telah berspekulasi bahwa Jepang mungkin memanipulasi nilai Yen dengan membuang sejumlah besar Yen di pasar global dalam beberapa pekan terakhir
"Intinya, rupiah kita cukup untuk ekspor."Sebagai catatan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada hari ini tercatat Rp 9.692 untuk kurs jual dan Rp. 9.596 untuk kurs beli.
Sementara asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 ditetapkan Rp. 9.300 per dolar AS.
Senada dengan Hatta, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmadi Bustami menambahkan, jika nantinya rupiah dilemahkan, dampaknya belum tentu akan terasa dalam peningkatan ekspor.
Hal tersebut diseb abkan ekspor Indonesia akhir-akhir ini disebabkan oleh pelemahan perekonomian dunia yang berujung pada turunnya harga komoditas.
Terlebih, komposisi ekspor Indonesia 65 persen didominasi oleh komoditas. "Kalau harga komoditas naik, ekspornya ikut naik."