Kamis 07 Feb 2013 12:12 WIB

Subsidi Listrik Membengkak

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
Dua petugas PT PLN tengah melakukan perbaikan jaringan listrik.
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Dua petugas PT PLN tengah melakukan perbaikan jaringan listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subsidi listrik yang diberikan pemerintah kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bakal naik lagi. Keinginan PLN untuk merevisi target pertumbuhan penjualan listrik dari sembilan persen menjadi 10 persen bakal meningkatkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang menambah beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menurut Dirjen Listrik Kementerian ESDM Jarman, volume subsidi secara logika memang akan lebih besar dibanding yang dipatok sekarang dalam APBN 2013 yakni Rp 80, 9 triliun. "Namun kita masih harus hitung berapa," katanya menjawab ROL, Kamis (7/2).

Saat ini dengan pertumbuhan penjualan listrik sebesar sembilan persen saja, setidaknya PLN membutuhkan dana untuk menyediakan listrik sebesar 183 tera watt hour (TWh). Dengan peningkatan satu persen maka PLN membutuhkan dana lebih untuk meningkatkan penyediaan listrik hingga 191 TWh.

"Tapi modelnya masih harus kita susun," ujarnya. Untuk menentukan subsidi baru untuk listrik, pemerintah harus menghitung asumsi rupiah ke dolar AS, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Prize/ICP), hingga persentase penggunaan BBM, batu bara dan energi lain.

"Bisa saja kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) yang dilakukan sekarang, rata-rata 15 persen, bisa menekan subsidi," jelasnya lagi. Tapi, kata dia, jika pertumbuhan ekonomi naik signifikan kemungkinan peningkatan tajam penjualan listrik tak bisa terbendung dan terpaksa membuat pemerintah mengelontorkan dana lebih.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan revisi target diperlukan. Meski tahu ini akan berdampak pada penambahan subsidi, revisi diperlukan karena target sembilan persen sudah di atas realisasi pertumbuhan penjualan listrik 2012 lalu.

Tahun lalu pertumbuhan penjualan mencapai 10, 17 persen atau mencapai 173,8 TWh. Padahal, target pertumbuhan dalam APBN Perubahan 2012 adalah 6,21 persen. "Karenanya kita minta angkanya naik menjadi 10 persen," tegasnya.

Sebelumnya, pada 2012 lalu, PLN mencatat rekor pada pertumbuhan pelanggan. Di mana pelanggan baru PLN tercatat sebanyak 3,9 juta pelanggan. Padahal di 2011, pertumbuhan pelanggan hanya sebesar 3,5 juta. Namun, 2013 ini, PLN hanya bermain aman, di mana pertumbuhan pelanggan baru hanya ditarget sebesar 3,2 juta pelanggan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement