Jumat 01 Feb 2013 16:43 WIB

Lonjakan Impor BBM Picu Defisit Perdagangan

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Ketua BPS Suryamin
Foto: antara
Ketua BPS Suryamin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia bulan Desember 2012 kembali defisit. Ekspor Indonesia di Desember tahun lalu mencapai 15,41 miliar dolar AS. Ekspor Desember 2012 turun 9,78 persen dibandingkan bulan yang sama tahun 2011. Dibandingkan November 2012, realisasi ekspor ini turun 5,58 persen.

Penurunan ekspor pada Desember 2012 dipicu penurunan ekspor non migas sebesar 8,85 persen dari 13,599 miliar dolar AS menjadi 12,444 miliar dolar AS. Penurunan ekspor terjadi pada produk lemak dan hewan nabati sebesar 471,6 juta dolar AS. Sedangkan ekspor migas meningkat 9,04 persen dari 2,717 miliar dolar AS menjadi 2,962 miliar dolar AS.

Secara akumulasi, kinerja ekspor 2012 turun 6,61 persen dibandingkan 2011. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin merilis akumulasi ekspor Indonesia mencapai 190,04 miliar dolar AS. Meskipun menurun, kinerja ekspor 2012 menurut BPS cukup baik. Pasalnya, pada tahun 2010, saat keadaan dunia sedang tidak krisis, kinerja ekspor Indonesia saat itu  hanya tembus 157 miliar dolar AS.

Sementara itu, di bulan Desember 2012 realisasi impor Indonesia mencapai 15,56 miliar dolar AS. Impor di bulan Desember tahun 2012 ini turun 8,11 persen dibandingkan November 2012. Impor Desember 2012 juga turun 5,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2011.

Impor non migas pada Desember sebesar 11,86 miliar dolar AS. Impor migas mencapai 3,71 miliar dolar AS. Secara akumulasi, Indonesia mengimpor 191,67 miliar dolar AS. Artinya, sepanjang 2012, Indonesia mengalami defisit perdagangan sebesar 1,63 miliar dolar AS.

Suryamin mengatakan defisit perdagangan terutama disebabkan karena defisit di sektor migas. Indonesia mengekspor migas hanya 36,973 miliar, sementara impor migas mencapai 42,565 miliar dolar AS. Alhasil, Indonesia di tahun 2012 mengalami defisit migas hingga 5,592 miliar dolar AS.

Menurut dia, defisit yang semakin tinggi salah satunya disebabkan oleh impor BBM yang meningkat. Lifting minyak berkurang sehingga mengakibatkan Indonesia mengalami defisit yang tinggi. Dari sektor non migas, Indonesia masih surplus, namun berkurang dibandingkan tahun lalu.

Untungnya, kata Suryamin, Indonesia masih surplus di sektor non migas. Total ekspor non migas mencapai 153,071 miliar dolar AS, sementara impor non migas 149,105 miliar dolar AS. Surplus non migas ini, kata dia setidaknya bisa sedikit mengkompensasi defisit di sektor migas.

Namun, kata Suryamin, surplus di sektor non migas pada tahun ini juga lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Suryamin mengatakan krisis global memacu turunnya kinerja ekspor terutama non migas.

Dari sisi volume ekspor non migas, lanjut dia, ekspor mengalami kenaikan sebesar 5,4 persen dibandingkan 2011. Namun, kenaikan volume ini dibarengi dengan penurunan harga komoditas. Alhasil secara nilai, kinerja ekspor mengalami penurunan.

Suryamin mencontohkan beberapa penurunan harga terjadi pada komoditas CPO yang harganya menurun hingga 25 persen. Harga karet menurun 8,1 persen. Harga batu bara turun hingga 15,3 persen. "Kemampuan kita untuk mengeskpor masih ada. Total nilai turun tapi kinerja untuk genjot ekspor cukup baik," ujar Suryamin.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan defisit si sektor migas selama beberapa bulan ini menekan kinerja perdagangan. Menurut dia, ke depan harus ada kebijakan di sektor migas yang juga sejalan dengan misi perdagangan.

"Kita harus mengantisipasi tekanan di neraca disudut migas masih akan berlanjut di masa mendatang. Itu lebih banyak dimensi yang terkait kebijakan di sektor migas," ujar Bayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement