REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aspek permodalan jadi tantangan perbankan menyambut era pasar bebas 2020 nanti. Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) memproyeksikan, hingga 2015, seluruh perbankan di Indonesia memerlukan dana untuk modal segar hingga Rp 113 triliun.
Menanggapi hal ini sejumlah bankir tetap optimistis perbankan di Indonesia masih berprospek cerah menjelang 2015 nanti. Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk , Parwati Surjaudaja, mengatakan modal perusahaan per akhir Desember 2012 masih di atas 15 persen dan rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas (LDR) masih bagus, di bawah 85 persen.
"OCBC NISP masih cukup nyaman dengan kondisi modal dan likuiditas kami," kata Parwati kepada ROL melalui sambungan telepon. Dukungan dari pemegang saham, menurutnya, juga cukup kuat dan konsisten. Buktinya, di pasar modal, perusahaan berhasil melakukan beberapa right issue.
Terakhir, Bank OCBC NISP menawarkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I OCBC NISP 2013 yang besarnya mencapai Rp 3 triliun. "Sebagian besar hasil obligasi untuk modal penyaluran kredit perusahaan yang didominasi sektor manufaktur, perdagangan, dan jasa," katanya. Tahun ini, perusahaan menargetkan kredit tumbuh 20-30 persen.
Direktur Utama PT Bank Mayapada Tbk, Haryono Tjahjarijadi, mengatakan secara umum perhitungan Perbanas tersebut ada benarnya. Namun, perbankan menurutnya masih memunyai sumber modal lain, selain pasar modal. "Sumber itu adalah dari pemegang saham sendiri, serta private placement dari institusi lokal maupun asing," ujarnya.
Menurut Haryono, perbankan memang perlu terus memperkuat struktur permodalannya. Bank Mayapada akan mengombinasikan peningkatan modal melalui pasar modal karena sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank ini bahkan sedang menyusun perhitungan untuk menerbitkan obligasi dan right issue tahun ini. Target pertumbuhan dana pihak ketiga dan kredit perusahaan 2013 berkisar 30-35 persen.
Sementara Direktur Keuangan PT Bank Danamon Tbk Vera Eve Lim menyatakan perusahaannya masih belum memerlukan penambahan modal. "Sebab rasio kecukupan modal (CAR) Bank Danamon masih di level bagus, 18 persen. Sehingga, kami tak perlu tambahan modal," katanya.
Meski demikian, Vera melihat pertumbuhan likuiditas rata-rata perbankan di Indonesia saat ini masih di bawah pertumbuhan kredit. Ke depannya, hal ini akan memicu persaingan lebih ketat. Ujung-ujungnya, biaya dana perbankan meningkat dan bank harus menyesuaikan pertumbuhan kreditnya.