REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai pemerintah harus berani menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada 2013.
''Urgensi kenaikkan BBM pada 2013 ini bukan hanya sekadar alasan anatomi APBN yang masih sangat tidak sehat dan tidak adil,'' ujar Dahnil kepada Republika Online, Selasa (22/1).
Menurut dia, saat ini subsidi BBM mencapai 61,33 persen, sedangkan subsidi pangan hanya 5,44 persen, pupuk 5,03 persen dan benih 0,04 persen dari total dana subsidi sebesar 316 triliun yang dialokasikan dalam APBN 2013.
Ia mengingatkan beban subsidi yang besar tersebut akan menyebabkan kesulitan bagi Indonesia di masa yang akan datang, baik secara fiskal maupun ketersediaan energi.
Penundaan kenaikan harga BBM sampai tahun 2015, kata dia, hanya akan menjadi beban dan membuat masalah menjadi lebih pelik berkaitan dengan kapasitas fiskal dan sumber daya energi Indonesia di masa yang akan datang.
''Saya berharap pemerintah berhenti berpikir miopik dan jangka pendek hanya demi kepentingan politik, negeri ini harus memiliki masa depan yang lebih baik, dan kenaikkan BBM tahun ini adalah waktu yang paling tepat, karena masyarakat sudah teredukasi pemahaman dengan debat-debat kenaikan BBM yang batal tahun lalu,'' tutur Dahnil.
Dahnil menegaskan Pemerintahan SBY tidak perlu takut dengan efek politik tak populis menjelang tahun 2014 dengan kebijakan penaikkan BBM pada 2013. Menurut dia, Pemerintahan SBY telah melakukan langkah positif bagi masa depan Indonesia, dan akan dirasakan pemerintahan berikutnya.
''Semoga pemerintahan SBY bersedia mengubah cara berpikir yang miopik dan abai masa depan, dengan cara berpikir dan berpikir atas nama masa depan, dan kenaikan BBM tahun ini adalah salah satu kebijakan bertindak atas nama masa depan tersebut.''