REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perekonomian nasional mendapat hantaman keras akibat banjir yang melanda Jakarta.
Industri menderita kerugian hingga triliunan rupiah, bahkan kerugian nonmateri jauh lebih besar. Banyak transaksi bisnis yang terhambat dan gagal akibat bencana banjir ini.
Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Harry Warnegara Harun mengatakan, kerugian terlihat dari kegiatan logistik yang terhenti. Kendaraan tidak bisa melakukan bongkar muat. Apalagi, kata dia, Jakarta adalah pusat ekonomi terbesar Indonesia.
“Dampak banjir lebih besar daripada sekadar terhentinya kendaraan untuk bongkar muat,” kata Harry, Kamis (17/1). Kegiatan ekonomi, kata dia, tetap mewajibkan adanya pertemuan antara pelaku bisnis, seperti untuk tanda tangan penjanjian usaha.
Pertemuan yang tertunda ini, menurut Harry, menyebabkan kerugian yang sangat besar. Nilai yang lost akibat kejadian itu sangat besar. Kerugiannya, ujar Harry, bisa mencapai triliunan rupiah. Terlebih, banjir bisa menurunkan citra Indonesia di mata para pebisnis asing.
Harry mengatakan, banjir menjadi pengalaman tak mengesankan bagi tamu asing. Pada Kamis (17/1), Presiden Argentina membawa 200 pengusaha untuk melakukan temu bisnis dalam dua hari ini. Banjir membuat citra Indonesia menjadi jelek.
Ketua Umum Hipmi Raja Sapta Oktohari mengatakan, banjir juga membuat hampir semua orang menjadi tidak fokus terhadap pekerjaan. Pekerja lebih memikirkan keadaan di rumah dibandingkan di kantornya. Hal itu, kata dia, sangat berdampak pada produktivitas kerja.
Raja meminta langkah konkret dalam mengatasi banjir. Wajah Ibu Kota, kata Raja, merupakan simbol perekonomian Indonesia. Dia menyayangkan karena banjir mengakibatkan banyak transaksi bisnis terpaksa batal dan peluang bisnis hilang.
Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Sanny Iskandar mengatakan, pengusaha akan berkonsolidasi membahas dampak dan kerugian banjir pada pekan depan. Kerugian pengusaha sebatas hambatan distribusi di jalan. Data kerugian, kata dia, masih dalam tahap pengumpulan.
Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid mengatakan, total kerugian banjir secara nasional untuk bisnis ritel diperkirakan Rp 1,2 triliun. Sementara, kerugian untuk Jakarta sekitar 30 persen dari kerugian skala nasional.
Untuk produk buah dan sayuran, terjadi penyusutan untung sekitar 10-15 persen. Menurut Satria, kerugian dirasakan semua oleh pelaku industri ritel. Satria menyayangkan reaksi pemerintah yang lambat. Pemerintah seharusnya mengantisipasi dengan perbaikan infrastruktur.
‘Semua khawatir buah busuk karena pathek atau gagal panen,” ujar Dewan Holtikultura Nasional Benny Kusbini kemarin (Kamis). Banjir membuat distribusi barang terganggu. Kalau hingga akhir bulan tidak teratasi, Benny khawatir harga semakin tinggi.
Menteri Perindustrian MS Hidayat pun segera bertemu pelaku industri pekan ini. Pertemuan tersebut membahas kerugian yang terjadi akibat tingginya intensitas hujan hari ini. Dunia usaha, menurutnya, tetap beroperasi seperti biasa meskipun beberapa kawasan industri terhalang kemacetan lalu lintas.
“Belum ada yang terkena banjir sehingga sentra produksinya macet,” ujarnya Kamis, (17/1). Hidayat berharap banjir tidak menyentuh sentra produksi. Banjir sejauh ini telah menyebabkan terhambatnya alur distribusi. Jika tidak segera diatasi, Hidayat khawatir mengganggu kontrak-kontrak yang sedang berjalan.