REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui penambangan batu bara di Pulau Kalimantan sangat berlebihan.
Untuk itu Kementerian ESDM bakal mendorong peningkatan eksplorasi dan eksploitasi batu bara di Pulau Sumatera untuk bisa menggenjot produksi pada tahun-tahun mendatang. "Wilayah Sumatera memiliki cadangan yang jauh lebih besar, namun eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan di wilayah tersebut masih kalah dibanding wilayah Kalimantan," kata Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM R Sukhyar di Jakarta, Ahad (13/1).
Sukhyar menjelaskan saat ini distribusi pertambangan batu bara di Indonesia mengalami ketimpangan. Dari potensi tambang batubara sebesar 161 miliar ton di Indonesia, 53 persen berada di Pulau Sumatera dan hanya 47 persen berada di Pulau Kalimantan.
"Namun saat ini 92 persen eksplorasi dan eksploitasi batubara ada di Kalimantan, sedangkan di Sumatera hanya 8 persen,” kata Sukhyar mengungkapkan.
Badan Geologi, Kementerian ESDM mencatat potensi sumber daya batu bara sebesar 161 miliar ton, sebanyak 120 miliar ton berupa tambang terbuka, sedangkan 41 miliar ton lain berada di dalam tanah. Dari jumlah itu, total cadangan batu bara yang bisa segera dieksploitasi mencapai 28 miliar ton.
Ketimpangan itu terjadi karena wilayah Kalimantan menawarkan infrastruktur yang lebih baik dibanding dengan Sumatera, kata Sukhyar.
Selain itu, Kalimantan juga memiliki sungai-sungai yang besar yang bisa digunakan untuk sarana transportasi batu bara, sedangkan wilayah Sumatera sebagian besar hanya memiliki sungai-sungai kecil.
Faktor lainnya adalah tambang batu bara di Sumatera, sering mengalami persinggungan atau 'overlapping' dengan perkebunan dan hutan suaka alam. "Sehingga minat pengusaha untuk berinvestasi di Sumatera sedikit berkurang," srbut dia.
Karenanya pemerintah sedang membangun transportasi batu bara di wilayah Sumatera.
Lebih jauh Sukhyar menjelaskan, ada enam proyek kereta api batu bara yang saat ini sedang dikerjakan. Proyek-proyek itu antara lain, kereta api batu bara di Tanjung Carat yang dikerjakan PT Adani Sumsel, proyek kereta api batu bara yang menghubungkan Lahat-Muara Lematang-Tanjung Lago yang saat ini sudah memasuki tahap finishing dan dikerjakan PT Servo Lintas Raya.
Juga ada proyek kereta api batubara Tanjung Enim-Baturaja-Srengsem Lampung yang saat ini masih dalam tahap studi dan dikerjakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan proyek kereta api batu bara Musi Rawas-Tanjung Api-Api yang dikerjakan PT Reliance India.
Tingkat produksi dan ekspor batu bara di Indonesia terlalu cepat dibandingkan dengan konsumsi domestik. Karena itu pihaknya mendukung upaya pembatasan ekspor batubara yang saat ini dilakukan Pemerintah Indonesia.
"Saat ini hanya sedang tidak bagus. Saya yakin akan kembali menguat dengan segera, karena harga komoditas energi biasanya cepat pulih," katanya mengakhiri.