REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk resmi menjadi emiten pertama yang melantai di bursa pada 2013. Emiten yang berkode BBMR ini melepas saham sebanyak 600 ribu lembar saham.
Jumlah saham yang dilepas merupakan 24,3 persen dari modal yang disetor setelah initial public offering (IPO). Saham ditawarkan dengan harga Rp 230 per lembar saham. Estimasi harga yang diperoleh dari IPO sebesar Rp 138 miliar.
Pada pembukaan perdagangan, Rabu (9/1), saham BBMR sempat mencapai harga tertinggi Rp 280 per saham. Nilai ini naik 8,7 persen dari harga saham perdana. Nilai transaksinya mencapai Rp 3,8 miliar dengan frekuensi 170 kali dan volume perdagangan sebanyak 30 ribu lot.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan saat ini sentimen pasar cukup positif. "Diharapkan saham perseroan menjadi koleksi investor dan menyemarakkan perdagangan saham di Indonesia," ujar Ito dalam sambutannya di Gedung BEI.
Direktur Utama BBMR Loa Siong Bun mengungkapkan dana yang diperoleh dari IPO akan dipakai untuk pembayaran utang obligasi dan pembiayaan pembelian kapal OSV. Ini merupakan strategi perseroan untuk menjadi salah satu pemain utama dalam industri minyak dan gas bumi lepas pantai.
Direktur BBMR Sean Latip mengungkapkan sektor minyak dan gas bumi lepas pantai memiliki peluang besar di Indonesia. Perseroan akan memfokuskan diri ke arah itu.
Dua kapal yang direncanakan perseroan akan memakan biaya sebesar 22-23 juta dolar AS. Sean memperkirakan kapal akan tersedia pada 2014. Saat ini perseroan sudah memiliki 35 set kapal tongkang yang berusia di bawah lima tahun.
Perseroan juga memiliki tiga kapal HTS, yang terdiri dari dua kapal dengan kekuatan 8 ribu tenaga kuda (horse power) dan satu kapal dengan kekuatan 5.400 tenaga kuda.
Ia menambahkan perseroan memiliki utang obligasi yang akan jatuh tempo tahun ini. Untuk itu dana IPO akan digunakan untuk membayar utang tersebut. "Perseroan memiliki dua 'compatible bonds' yang jatuh tempo tahun ini," kata Sean.
CB pertama adalah sebesar 17 juta dolar AS dan CB kedua 22 juta dolar. Sebanyak 30 persen utang obligasi yang pertama akan dibayar dengan dana IPO dan 40 persennya akan dikonversi ke saham. Sedangkan utang obligasi kedua 100 persen dikonversi ke saham.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen mengungkapkan hingga kuartal pertama diharapkan ada delapan emiten yang akan melantai di bursa. "Kalau konfirmasi menggunakan buku kinerja Desember, paling cepat IPO di semester pertama," ujar Hoesen. Dengan adanya 'carry over emiten' yang melantai dari 2012 ke 2013, Hoesen optimistis tahun ini target 30 emiten akan tercapai.