REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan tingkat inflasi pada November sebesar 0,10 persen (month to month), menurun dari bulan sebelumnya sebesar 0,16 persen. Dengan demikian, tingkat inflasi November secara tahunan (year to year) mencapai 4,35 persen.
"Inflasi bulan November menurut survei kami agak kecil, month to month 0,1 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI), Darmin Nasution, di Jakarta, Jumat (30/11).
Penurunan tingkat inflasi pada November terjadi karena harga bahan makanan (volatile food) menurun. Menurut Darmin, harga cabai cenderung menurun, sementara harga beras relatif masih rendah. Kenaikan harga bahan makanan hanya terjadi di sejumlah komoditas seperti bawang. "Harga bawang mungkin naik sedikit tapi harga beras masih relatif rendah," ungkapnya.
Tingkat inflasi November dibandingkan akhir Desember 2011 (year to date) juga membaik sebesar 3,76 persen. Adapun, tingkat inflasi Desember 2011 mencapai 3,79 persen. Sementara, bank sentral mentarget inflasi tahunan pada 2012 sebesar 4,5 persen deviasi 1 persen.
Dibandingkan bulan sebelumnya, inflasi pada November menunjukkan penurunan. Inflasi pada Oktober 2012 tercatat 0,16 persen (bulan ke bulan). Secara tahunan, tingkat inflasi tersebut mencapai 4,61 persen.
Inflasi inti pada Oktober meningkat menjadi 4,59 persen. Harga daging sapi yang sempat naik, dinilai Direktur Eksekutif Departemen Riset dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo tidak menekan inflasi terlalu dalam pada November.
Hal ini karena harga pangan lebih terkendali. "Bahkan, bulan lalu (Oktober), harga pangan mengalami deflasi dan yang menonjol hanya harga sewa (rumah)," ungkap Perry ditemui sebelumnya.
Dengan angka inflasi November, tingkat inflasi hingga akhir 2012 diperkirakan mencapai target sebesar 4,5 persen. Inflasi inti dinilai masih tetap terkendali. Perry mengatakan kenaikan inflasi pada Oktober yang lalu hanya merupakan fenomena musiman. "Kenaikan karena sewa dan kontrak rumah itu seasonal (musiman)," ungkapnya.