REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pedagang bakso se-Jabodetabek membutuhkan sedikitnya 40.130,73 ton daging sapi setiap tahunnya.
Ketua Umum Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso Indonesia (Apmiso) Trisetyo Budiman mengatakan kebutuhan itu digunakan oleh sekitar 50 ribu pedagang bakso.
Tri mengatakan jika diasumsikan harga daging Rp 70.000, maka dalam waktu satu tahun ini ada sekitar Rp 2,8 Triliun uang yang berputar hanya untuk daging sapi saja. Ia mengatakan jika harga daging sapi saat ini mencapai Rp 100.000, akan sangat berdampak pada aktivitas pedagang mie dan bakso.
"Dampaknya kemana-mana. Bisa terjadi penambahan pengangguran dan masalah sosial yang lebih kompleks," ujar Tri, Jumat (23/11).
Tri mengatakan panjangnya rantai tata niaga daging sapi menyebabkan perbedaan harga yang sangat jauh diantara peternak dan pedagang bakso. Pedagang bakso setidaknya harus melwati delapan rantai agar bisa memberoleh daging.
Sapi dari peternak dibeli oleh blentik, kemudian melewati pedadang sapi kecil, menengah, pedagang besar baru bisa sampai di rumah pemotongan hewan. Setelah itu, pedagang mie atau bakso harus membeli di pasar ritel.
"Pelaku usaha blantik hingga ritel yang menjadi penentu harga. Peternak rakyat dan pedagang mie selalu menjadi penerima harga," katanya.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah kata dia harus melakukan operasi pasar agar harga daging sapi untuk UKM masih bisa dijangkau. Pemerintah juga diminta bisa ikut campurdalam tata niaga daging sapi agar lebih efisien.