REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dinilai masih cukup aman bila dibandingkan dengan negara-negara yang baru berkembang lainnya (emerging market countries).
"Kalau dari angka nominal dan relatif, 2000 triliun dibagi GDP 8000 triliun, rasio hutang Indonesia hanya 25 persen. Angka itu masih jauh di bawah negara-negara emerging market," kata pengamat ekonomi dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono usai acara 'Market Outlook 2013' di Jakarta, Kamis (22/11).
Menurut Tony, utang tidak akan menjadi masalah jika penggunaannya baik dan dikawal serta tidak ada tindakan korupsi, namun letak permasalahannya yakni tingkat penyerapan terhadap dana dari utang tersebut masih rendah.
"Masalah kita ini adalah terus menambah utang tetapi penyerapannya rendah. Sebagai contoh pada APBN tahun lalu yang hanya terserap 87 persen yang berarti ada utang-utang yang tidak tercairkan, sudah terlanjur utang terpaksa bayar bunga karena utang kita dari obligasi. Menurut saya itu yang lebih krusial, bukan soal besarannya," bebernya.
Tony mengatakan utang negara akan menjadi sia-sia jika pengunaannya tidak efektif atau bahkan justru dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingannya. "Penggunaan dana dari utang harus benar, perencanaan dan eksekusinya juga harus tegas dan baik kendati penyerapan dana itu bukanlah hal yang mudah," ujarnya.