Senin 19 Nov 2012 17:28 WIB

Mendag Sebut Sebab Kenaikan Harga Daging, Apa Saja?

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Daging sapi (ilustrasi)
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Daging sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Beberapa faktor diduga menyebabkan kenaikan harga daging sapi sepekan terakhir. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurhi menyebut salah satu penyebab naiknya harga daging sapi bisa disebabkan karena ada hambatan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH).

Meskipun Kementrian pertanian mengatakan stok sapi cuku, berdasarkan pantauan kementrian perdagangan pasokan daging di pasaran langka. Kalaupun ada, harganya naik cukup tinggi.

Kementrian pertanian sebelumnya mengatakan stok yang berada di perusahaan penggemukan sapi Jabodetabek saat ini mencapai 130 ribu ekor.  Jumlah itu terdiri dari 38 ribu sapi lokal dan 92 ribu bekas sapi impor.  Selama November hingga Desember 2012,  akan ada 15 ribu ekor sapi impor lagi yang akan masuk

“Kita tidak membicarakan jumlah sapi, tapi pasokan daging,” ujar Bayu.

Ia mengatakan perlu waktu yang cukup lama untuk memotong sapi menjadi daging yang diinginkan oleh pedagang. Sedangkan pedagang, kata Bayu, menginginkan daging yang langsung siap jual menjadi daging yang sudah terpisah sesuai kebutuhan.

“Pedagang belinya pengennya sudah jadi dalam bentuk daging, tetelan, jeroan terpisah sesuai kebutuhan. Yang tersedia di RPH sapi. Sapi menjadi barang dagangan di pasar harus melalui proses,” tambahnya.

Belum lagi hambatan dari faktor transportasi. Jauhnya sentra produksi sapi dengan pasar di Jabodetabek cukup jauh. Jawa Timur sebagai lokasi utama yang biasa memasok untuk Jabodetabek sednag mengurangi pasokan keluar propinsi. Pasokan Jabodetabek sementara berasal dari NTT. Sedangkan, transportasi dari NTT meuju Jabodetabek memerlukan waktu 14-20 hari.

Selain itu, kata Bayu masih banyak peternak Indonesia yang bersifat non komersial. Bayu mengatakan sekitar 60-70 persen persen peternak di Indonesia masih menganggap memelihara sapi sebagai tabungan, bukan pekerjaan tetap. Artinya, peternak ini hanya memiliki sapi dalam jumlah yang sedikit dan hanya menjual ketika diperlukan.

“Misalnya, saat menjelang lebaran haji, kenaikan kelas,” ujar Bayu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement