Senin 22 Oct 2012 22:05 WIB

Rasio Pengeboran Minyak Indonesia Membaik

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Chairul Akhmad
Gambar instalasi pengeboran minyak lepas pantai dipajang salah satu stan saat pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Convention Center.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Gambar instalasi pengeboran minyak lepas pantai dipajang salah satu stan saat pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Convention Center.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasio pengeboran minyak di Indonesia kian membaik 15 tahun terakhir, yaitu 4:1. Artinya, dalam empat kali kegiatan pengeboran, perusahaan minyak (oil company) memperoleh satu sumber minyak.

General Manager Operasi EIR OFS PT Elnusa Tbk (ELSA), Eko Sudi Pramono, membandingkan 15-20 tahun lalu, rasio pengeboran minyak di Indonesia hanya 8:1.

Artinya, dalam delapan kali kegiatan pengeboran, perusahaan minyak berhasil menghasilkan satu sumber minyak baru. "Rasio saat ini sudah cukup tinggi dengan teknologi yang ada," kata Eko kepada ROL di Jakarta, Senin (22/10).

Ongkos operasional minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia cukup tinggi. Di areal pengeboran salah satu klien utama Elnusa, PT Total E&P Indonesia di Balikpapan misalnya, biaya operasional pengeboran minyak mencapai 250 ribu dolar AS per hari.

Areal pengeborannya, kata Eko, terbilang dangkal. Sedangkan untuk areal pengeboran yang lebih dalam seperti di Selat Makassar, ongkos operasionalnya bisa mencapai 800 ribu dolar AS per hari.

Namun, imbas hasil satu sumber minyak yang berhasil ditemukan perusahaan biasanya seimbang dengan biaya operasional yang telah dikeluarkan. "Dalam tiga bulan, rata-rata seluruh biaya sudah ter-cover hanya dari satu sumur yang menghasilkan 2.000 barel minyak per hari (bph)," kata Eko.

Risiko lainnya, jika eksplorasi tak berhasil, maka perusahaan berpotensi kehilangan hingga 10 juta dolar AS.

Sebagian orang berpendapat, salah satu cara meningkatkan produksi minyak adalah mengoptimalisasikan produksi di sumur minyak tua. Menurut data Kementerian ESDM, ada sekitar 13 ribu sumur minyak bumi tua di Indonesia. Optimalisasi sumur minyak tua harapannya dapat meningkatkan produksi minyak nasional mencapai lima ribu hingga 12 ribu bph.

Pengamat perminyakan sekaligus Division Head of Geosicience Services Land and Processing Elnusa, Dipa Mulia, menilai pemerintah dan perusahaan minyak hendaknya lebih mengutamakan eksplorasi sumber-sumber minyak baru di penjuru Indonesia, meskipun dananya besar. "Jika hanya mengandalkan sumur tua, atau wilayah lama, minyaknya sedikit," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement