REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Dunia memperingatkan Indonesia agar tetap menjaga ketahanan ekonomi di tengah pelemahan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 diprediksi tumbuh 6,1 persen, lebih rendah dari prediksi pemerintah dan Bank Indonesia.
Dalam laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia edisi Oktober 2012 Bank Dunia, pertumbuhan Indonesia masih kuat, sebesar 6,4 persen pada kuartal kedua tahun 2012. Hal ini didorong kuatnya konsumsi swasta dan meningkatnya investasi. Namun, ekonomi Indonesia tidak luput dari pengaruh perlemahan dunia internasional.
Langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh bank-bank sentral di AS, Jepang dan zona Euro telah membantu menenangkan pasar keuangan. Akan tetapi pertumbuhan dunia masih tetap lemah. Secara regional, pertumbuhan investasi telah melemah di China dan mempengaruhi permintaan serta harga komoditas.
Ekspor netto menjadi beban besar terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal kedua tahun 2012. Nilai ekspor bulanan juga semakin menurun, terutama yang terkait dengan sumber daya alam. Penurunan dalam surplus perdagangan barang turut melebarkan defisit neraca berjalan pada kuartal kedua tahun 2012.
Meski demikian, sebagian tekanan terhadap neraca perdagangan akan terkoreksi sendiri (self correcting) dengan turunnya permintaan atas impor barang modal dan setengah-jadi yang digunakan sebagai input untuk produksi ekspor.
“Kinerja pertumbuhan Indonesia saat ini tetap kuat tetapi masih terdapat risiko penurunan yang cukup besar terhadap perkiraan ekonomi dunia,” ujar Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, dalam laporan tertulis, Senin (15/10).
Bank Dunia menilai Indonesia perlu mendukung investasi dengan memastikan peraturan yang jelas dan konsisten. Pemerintah juga dinilai perlu terus meningkatkan kualitas belanja. "Itu dapat membantu ketahanan perekonomian Indonesia, ” ujarnya.
Dengan mempertimbangkan adanya pelemahan pada ekonomi dunia sementara permintaan dalam negeri tetap kuat, Bank Dunia memproyeksikan PDB Indonesia tumbuh sebesar 6,1 persen untuk 2012. Angka tersebut akan sedikit meningkat menjadi 6,3 persen untuk 2013.
Risiko-risiko terhadap proyeksi dasar ( baseline) dinilai meningkat, terutama karena berlanjutnya ketidakpastian di zona Euro serta kemungkinan terjadinya kontraksi fiskal di Amerika Serikat. Hal itu ditambah dengan pelambatan lebih lanjut di sejumlah mitra perdagangan utama Indonesia, terutama China.