REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Nilai tukar rupiah cenderung bergerak melemah atau terdepresiasi terhadap dolar AS dalam tiga bulan terakhir.
Kondisi ini membuat kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) dalam intervensi nilai tukar rupiah di pasar dipertanyakan.
Ketika nilai tukar rupiah melemah, BI memiliki kewenangan untuk intervensi dengan melepas dolar ke pasar. Pelepasan dolar ke pasar tersebut akan membuat cadangan devisa (cadev) berkurang. Akan tetapi, saat nilai tukar rupiah melemah dalam tiga bulan terakhir, jumlah cadev justru bertambah.
"Sepertinya, BI toleran terhadap pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Ekonom BCA, David Sumual kepada Republika, Jumat (12/10).
Jumlah cadangan devisa pada akhir September 2012 tercatat mencapai 110, 2 miliar dolar AS atau setara dengan 6,1 kali bulan impor dan pembayaran utang luar negeri .
Jumlah tersebut naik tipis dari posisi cadev Agustus 2012 sebesar 110,17 miliar dolar AS. Jumlah cadev pada Agustus naik signifikan dari posisi 31 Juli 2012, dimana jumlah cadev hanya 106,5 miliar dolar AS.
David menengarai BI ingin menumpuk cadev. Sementara, nilai tukar rupiah dibiarkan melemah. "Jumlah cadangan devisa naik, tapi mengapa nilai tukar rupiah cenderung melemah. Ini yang jadi pertanyaan, apa rupiah sengaja dilemahkan," ujar David.
Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah cenderung melemah dari Rp 9.590 per dolar AS pada 8 Oktober 2012 menjadi Rp 9.600 per dolar AS pada 9 Oktober 2012. Nilai tukar rupiah kemudian terus melemah di level Rp 9.598 per dolar AS pada 10 Oktober 2012 dan Rp 9.603 per dolar AS pada 11 Oktober 2012.