REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS – Tunisia berencana akan menerbitkan obligasi syariah awal tahun depan. Hal ini dilakukan setelah negara yang terletak di bagian utara Benua Afrika ini melakukan reformasi di sektor perbankannya.
"Ini merupakan bagian dari anggaran tahun depan," ujar Gubernur Bank Sentral Tunisia, Chadli Ayari, kepada Reuters, akhir pekan lalu.
Regulator telah melakukan studi mengenai ekonomi syariah di negara tersebut, termasuk obligasi Islam.
Kementerian Keuangan, Kementerian Agama dan Bank Sentral telah membentuk sebuah komite yang bertugas untuk mengembangkan industri syariah di negara tersebut.
Komite juga bertugas untuk merancang regulasi perbankan syariah untuk menambah jumlah perbankan syariah di Tunisia. Saat ini hanya ada dua bank syariah di Tunisia.
Ayari mengatakan total aset kedua perbankan syariah tersebut mencapai 1,4 miliar dinar Tunisia atau setara dengan Rp 8,4 triliun. Nilai ini setara dengan 2,5 persen dari total aset perbankan di Tunisia.
Dalam beberapa pekan ke depan regulasi perbankan syariah akan selesai. Regulasi baru ini akan dipresentasikan di depan Gubernur Bank Sentral untuk mendapat persetujuan.
Ayari memperkirakan tahun depan defisit dana di tahun depan akan mengecil dari 6,6 persen menjadi 6 persen dari GDP tahun 2012. Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan ekonomi di negara tersebut. Namun, perekonomian Tunisia juga sedang menghadapi kendala berat akibat krisis di Eropa. Eropa merupakan tujuan ekspor Tunisia serta asal wisatawan yang datang ke negara tersebut.