REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia mencatat fungsi intermediasi perbankan terus membaik. Hal itu terlihat dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir Juli 2012 mencapai 25,2 persen (yoy).
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Kepala Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Jakarta, Kamis (13/9). Ia menyebutkan kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 29,6 persen (yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian nasional.
Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 27,3 persen (yoy) dan 18,9 persen (yoy).
Dody mengatakan, kinerja industri perbankan yang solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8 persen dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5 persen.
Sementara, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah pada Agustus 2012 masih berlanjut namun dengan intensitas yang menurun. Rupiah secara point-to-point melemah sebesar 0,94 persen (mtm) ke level Rp 9.535 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 0,63 persen (mtm) menjadi Rp 9.493 per dolar AS.
Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh prospek pemulihan ekonomi global yang masih rentan dan pasar keuangan global yang masih dalam kondisi ketidakpastian. Selain itu, ekspor yang tertekan di tengah impor yang masih relatif kuat juga turut memengaruhi keseimbangan supply-demand valas di dalam negeri.
Untuk itu, Bank Indonesia terus mencermati keseimbangan di pasar valuta asing untuk mengarahkan pergerakan nilai tukar Rupiah sejalan dengan fundamentalnya.