REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kecenderungan nilai tukar rupiah yang terus melemah menuntut Bank Indonesia (BI) mengambil kebijakan moneter jangka pendek. Bank sentral dinilai perlu menaikkan suku bunga acuan.
Dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini, Kepala Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsing, mengatakan BI tidak memiliki banyak pilihan untuk menahan pelemahan rupiah.
Intervensi pasar dengan melepas dolar terkendala dengan sisa cadangan devisa yang tinggal 106,599 miliar dolar AS pada akhir Juli 2012. “Kebijakan jangka pendek BI bisa dengan menaikkan suku bunga, tidak populer tapi instrumen moneter terbatas, “ ujarnya dihubungi Republika, Rabu (29/8).
Langkah bank sentral yang menekan defisit pada transaksi berjalan untuk menguatkan rupiah dinilai akan sulit dilakukan. Hal ini karena defisit transaksi berjalan ditentukan faktor di luar kontrol BI seperti ekspor dan impor.
Kinerja ekspor akan dikontrol permintaan luar negeri. Sementara, menekan impor akan sulit dengan ketiadaan pasokan barang modal dan bahan setengah jadi di dalam negeri. Suku bunga acuan atau BI rate ditahan bank sentral di level 5,75 persen sejak Februari 2012.
Dalam kebijakan suku bunga, Lana mengatakan BI bergerak campuran yakni menahan BI rate tetapi menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan. Suku bunga Fasbi dinaikkan 25 basis points (bps) menjadi 4 persen pada Agustus 2012. Sementara, kenaikan SBI 9 bulan dari April-Agustus 2012 sudah mencapai 65 bps.
Jika bank sentral menahan BI rate di level 5,75 persen hingga akhir tahun, nilai tukar rupiah diprediksi sulit menguat. Akibatnya, asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 yang mencapai 6,8 persen akan sulit dicapai. “Selama Euro masih melemah dan defisit pada transaksi berjalan, rupiah akan sulit menguat dan terus melemah,” ujar Lana.
Posisi nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI pada Rabu (29/8) berada di level Rp 9.553 per dolar AS. Posisi rupiah di atas Rp 9.500 dinilai Lana akan mudah naik menjadi Rp 9.800-9.900 per dolar AS. Dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini, nilai tukar rupiah sebesar Rp 9.600 per dolar AS di akhir tahun dinilai sangat baik. Nilai tukar rupiah itu pun tidak hanya dipengaruhi pasar dalam negeri tetapi juga luar negeri.