Senin 11 Jun 2012 21:30 WIB

Perilaku Pasar Aneh, OPEC Cemaskan Harga Minyak

Logo OPEC
Logo OPEC

REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY - Negara-negara produsen minyak khawatir atas penurunan harga minyak dan perilaku "aneh" pasar minyak. Kecemasan itu dilontarkan Menteri Perminyakan Kuwait, Hani Hussein, Senin (11/6)

"Beberapa anggota (OPEC) prihatin tentang harga dan apa yang terjadi, di pasar minyak setelah harga minyak mentah turun lebih dari 20 persen selama dua bulan terakhir," Hussein mengatakan kepada wartawan.

"Ada beberapa kekhawatiran tentang arah apa yang sedang diambil harga dan produksi," kata Hussein sebelum meninggalkan negaranya untuk menghadiri pertemuan para menteri OPEC di Wina, Kamis.

Menteri OPEC akan bertemu untuk meninjau produksi minyak kartel. Jumlah produksi telah meningkat mendekati tingkat historis, dengan latar belakang melemahnya ekonomi global, permintaan rapuh, kelebihan pasokan dan bergolaknya ketegangan Iran.

Minyak mentah Brent sempat melonjak menjadi 128 dolar AS pada Maret, mencapai tingkat yang tidak tercapai sejak Juli 2008 karena kekhawatiran pasokan, tetapi sejak itu merosot sekitar seperempat ke terendah 17-bulan terutama disebabkan oleh kelebihan produksi.

Ketika ditanya apakah ada niat untuk mengurangi produksi pada pertemuan, Hussein mengatakan: "Belum ada yang telah ditetapkan seperti itu, belum." Dia mengatakan, masalah ini akan ditinjau oleh komite monitoring OPEC menjelang pertemuan para menteri.

"Ini telah menjadi pasar yang sangat aneh beberapa hari terakhir ... Telah ada penumpukan stok dan melemahnya situasi geopolitik yang membiarkan harga sedikit turun," kata Hussein.

Pada pertemuan terakhir mereka pada Desember, anggota OPEC sepakat untuk mempertahankan produksi aktual pada 30 juta barel per hari, mengutip prospek permintaan yang tidak pasti, dengan tambahan produksi tidak resmi datang dari Arab Saudi, Irak, Kuwait dan Libya.

Harga minyak melonjak pada Senin, dengan Brent rebound secara singkat di atas 102 dolar AS per barel, karena pasar menyambut kesepakatan dana talangan (bailout) perbankan Spanyol dan berkurangnya inflasi China.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement