REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk memaksimalkan pengelolaan perusahaan, Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah mengubah formasi direksi. Direksi BNI Syariah yang sebelumnya hanya diisi oleh tiga orang, kini bertambah satu.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham yang dilaksanakan Kamis (24/5) sore juga dibicarakan mengenai rotasi posisi dari induk ke anak perusahaan. Salah satu rotasi yang dilakukan adalah mengganti beberapa posisi direksi dan anggota komisaris.
Direktur Utama yang sebelumnya diisi oleh Rizqullah akan digantikan oleh Dinno Indiano, yang sebelumnya menjabat sebagai Pemimpin Divisi Usaha Menengah BNI. Direktur Bisnis yang sebelumnya dijabat oleh Bambang Widjanarko akan diisi oleh Junaidi Hisom. Sebelumnya Junaidi menjabat sebagai Pemimpin Divisi Human Capital BNI. Dua direktur lain adalah Imam T Saptono dan Acep R Jawaprawira. Acep sebelumnya menempati posisi komisaris independen di BNI Syariah.
Komisaris Utama BNI Syariah, Achjar Iljas, mengungkapkan posisi komisaris akan diisi oleh tiga orang, yaitu ia sebagai Komisaris utama, Harisman Sidi, dan Imam Budi Sardjito. "Namun semua masih menunggu hasil dari fit and proper test Bank Indonesia," tutur Achjar, Jumat (25/5).
Pergantian ini dilakukan mengingat BNI Syariah sudah semakin berkembang. Achjar mengatakan saat ini aset BNI Syariah sudah mencapai Rp 10 triliun, atau dua kali lipat aset saat pertama kali dibuka. Hal ini menuntut adanya penambahan formasi untuk menjadikan BNI Syariah lebih baik.
Pergantian ini juga merupakan salah satu strategi pemegang saham dalam mengembangkan BNI Syariah di Indonesia. Direksi yang lalu telah membangun pondasi yang sangat baik bagi pengembangan BNI Syariah, khususnya dalam proses spin off dari unit usaha syariah (UUS) menjadi bank umum syariah (BUS).
Achjar berharap direksi yang baru dapat melanjutkan apa yang sudah dicapai oleh direksi sebelumnya agar BNI Syariah terus berkembang di masa depan. Ia juga berharap BNI Syariah dapat terus tumbuh lebih sehat dan memberikan kemaslahatan bagi umat.