REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir, mengatakan Adaro sebagai produsen batubara terbesar di Indonesia memberikan nilai tambah dari produk batubara melalui cara lain, yaitu pembangunan PLTU mulut tambang (mine mouth power plant).
"Kami serius mengembangkan PLTU mulut tambang, sebab dengan inilah kami bisa berkontribusi lebih untuk Tanah Air," kata Garibaldi di Jakarta, Jumat (27/4).
Sejak 2009, Adaro memutuskan masuk ke energi pembangkit listrik. Dari portofolio proyek 2010, perusahaan mendirikan sejumlah pembangkit listrik di bawah Adaro Power.
Pada 2011, kata Garibaldi, Adaro bekerjasama dengan PT PLN berhasil melakukan tender PLTU Jawa Tengah berkapasitas 2 x 1.000 mega watt (MW). Dalam tender tersebut, perusahaan Jepang J-Power yang merupakan konsorsium Itochu (Jepang) dan Adaro (Indonesia) bersepakat menyelesaikan proyek PLTU yang nilai proyeknya mencapai 3,5 miliar dolar AS atau Rp 3,5 triliun. "Ini merupakan pembangkit listrik terbesar di Asia," kata Garibaldi.
Direktur Adaro Andre Mamuaya menambahkan, proyek raksasa tersebut tahapannya saat ini sedang mengupayakan penyelesaian pengadaan lahan yang financial closing-nya diperkirakan tahun ini. "Karena proyek besar, konstruksinya memakan waktu cukup lama, sekitar lima tahun,” ujar Andre. Life unit perdananya beroperasi pada 2017.
Proyek PLTU mulut tambang lainnya yang tahun ini dikerjakan Adaro seperti PLTU di Kalimantan Selatan. Kapasitasnya sekitar 2 x 100 MW. Prosesnya sudah dimulai sejak awal tahun ini. Hingga Maret, Adaro yang bermitra dengan PLN juga menggandeng East West Power Co Ltd dari Korea. Kebutuhan batubara untuk PLTU mulut tambang kisarannya tiga juta ton. Seluruhnya menggunakan batubara pit Adaro.