REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) diprediksi akan menaikkan harga makanan dan minuman sekitar 5-10 persen.
Namun, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S Lukman, tetap optimis pertumbuhan industri makanan minuman masih bisa mencapai pertumbuhan 10 persen seperti yang ditargetkan, walau harga BBM naik.
"Target pertumbuhan sulit diprediksi, kalau dalam tiga bulan pertama membaik, kita optimis bisa mencapai target pertumbuhan," ujar Adhi kepada Republika, Senin (12/3).
Meskipun kenaikan BBM akan meningkatkan resiko bisnis, ia tetap yakin hal ini tidak menyebabkan sulitnya pelaku usaha mendapatkan pinjaman kredit ke bank. "Saya rasa nggak ada pengaruh langsung kalau ekonomi kita berjalan dengan baik," tambahnya.
Ia menekankan agar perekonomian tetap berjalan baik, pemerintah semestinya konsisten dalam pembangunan infrastruktur sehingga pengusaha bisa terkurangi beban distribusi usaha.
Asal subsidi dialokasikan ke pembangunan infrastruktur, ia berpendapat hal itu akan berdampak banyak pada terciptanya lapangan kerja. Dengan begitu, meski harga BBM bersubsidi naik, target pertumbuhan ekonomi 6,3-6,5 persen tetap bisa terlampaui.